TUMPULNYA AKAL DI KALANGAN PELAJAR DAN MAHASISWA: TANTANGAN PENDIDIK DI ERA REVOLUSI INDUSTRI 5.0
Oleh Khairul Azan
Hadirnya globalisasi adalah suatu keniscayaan. Globalisasi membawa perubahan pada tatanan kehidupan manusia di berbagai sektor. Bentuk dari globalisasi ditandai dengan hadirnya teknologi seperti sekarang ini.
Kita telah memasuki revolusi industri 5.0 imbas dari perubahan zaman. Kecanggihan teknologi saat ini mulai berdampingan dengan kebutuhan manusia. Sebagian besar kehidupan manusia terkoneksi dengan teknologi, tak terkecuali di sektor pendidikan.
Hadirnya teknologi tentunya memberikan dampak positif, mulai dari keterbukaan informasi, referensi hingga perubahan-perubahan cara kerja yang dirasakan lebih efektif dan efisien. Namun di balik itu semua, teknologi juga menghadirkan dampak negatif, salah satunya adalah tumpulnya akal di kalangan pelajar dan mahasiswa.
Keterbukaan informasi dan referensi imbas dari hadirnya teknologi membuat siapa pun bisa mengaksesnya. Akses tanpa batas ini membuat meteri-materi pendidikan siap saji. Materi-materi siap saji ini membuat otak semakin lemah, jawaban-jawaban atas persoalan yang didiskusikan dalam pembelajaran mudah sekali ditemukan. Tidak perlu analisis yang mendalam dengan menggunakan akal.
Otak pelajar dan mahasiswa makin malas bekerja, sehingga lahirlah generasi tidak mandiri, tidak kritis dan tak mampu memecahkan masalah-masalah kehidupan. Jika ini terus berlanjut, maka akan melahirkan pelajar dan mahasiswa yang cacat secara akal. Bukankah kita harus memberdayakan akal sebagai kelebihan manusia dibandingkan makhluk lain yang Tuhan ciptakan. Bukankah tanda-tanda manusia hidup ketika ia masih berpikir.
Persoalan ini menyisakan PR besar di kalangan pendidik. Merancang metode-metode yang bervariasi menjadi keharusan tanpa meninggalkan teknologi. Memberdayakan teknologi sebagai alat adalah hal yang perlu digaris bawahi. Bukan sebaliknya, malah teknologi memperalat manusia. Padahal teknologi adalah buatan manusia.
Metode yang digunakan hendaknya mampu merangsang pelajar dan mahasiswa agar mampu memahami dari setiap sajian materi yang ditemui melalui teknologi. Sajian tersebut harus didaur ulang melalui proses berpikir analitis dan kritis. Sehingga apa yang ditemukan bukan hanya diketahui, namun juga dipahami dan diimplementasikan.
Saatnya kita harus menyadari bersama, teknologi tak ubahnya seperti sebilah pisau. Akan berfungsi positif ketika berada pada tangan yang tepat. Sebaliknya, akan berfungsi negatif ketika berada pada tangan yang salah.
Bengkalis, 21 November 2023
Sumber gambar: Internet
No comments
Post a Comment