HITAM PUTIH NILAI PENDIDIKAN
Oleh:
Khairul
Azan
(Dosen STAIN Bengkalis & Ketua DPD GAMa Riau Kabupaten Bengkalis)
Pendidikan adalah hidup itu sendiri dan kehidupan
manusia tidak akan berhasil tanpa pendidikan. Pendidikan hadir dalam kehidupan
manusia layaknya sepasang sepatu yang saling membutuhkan. Oleh karena itu, hubungan
pendidikan dengan kehidupan sangatlah erat. Begitulah pentingnya pendidikan
bagi kehidupan manusia. Bahkan dengan pendidikan, kerasnya dunia akan teratasi.
Sebagaimana Nelson Mandela mengatakan bahwa “education is
the most powerful weapon which you can use to change the world (Pendidikan
adalah senjata terampuh yang dapat kamu gunakan untuk mengubah dunia)”.
Indonesia sebagai
bangsa besarpun menyadari bahwa pentingnya pendidikan bagi pertumbuhan bangsa. Sebagaimana
kita mengenal seorang tokoh pendidikan sering disebut dengan panggilan Ki Hajar
Dewantara. Beliau yang nama aslinya adalah Raden Mas Soewardi merupakan Bapak
Pendidikan Nasional yang memplopori pendidikan bagi kaum pribumi dimasa
penjajahan Belanda. Beliau adalah sosok Menteri Pendidikan pertama di Republik
yang kita cintai ini.
Bentuk keseriusan Ki
Hajar Dewantara terhadap dunia pendidikan terlihat dengan didirikannya sebuah lembaga
pendidikan yang diberi nama Perguruan Taman Siswa. Perguruan Taman Siswa ini berdiri
dengan tujuan untuk memberikan hak yang sama bagi masyarakat dalam hal
memperoleh pendidikan. Sebagaimana para priayi maupun orang-orang Belanda pada
saat itu. Oleh sebab itulah setiap tanggal 2 Mei kita selalu memperingati Hari
Pendidikan Nasional atau disingkat dengan sebutan Hardiknas. Peringatan
Hardiknas merupakan bentuk penghormatan atas jasa dan dedikasi Ki Hajar
Dewantara terhadap dunia pendidikan. Kenapa 2 Mei dipilih sebagai Hardiknas
karena beliau lahir pada tanggal 2 Mei 1889.
Beranjak dari penjelasan di atas maka dapat
dipahami bahwa wujud dari pendidikan adalah sesuatu yang pasti bagi kehidupan
manusia. Pendidikan hadir layaknya lentera yang menerangi malam karena matahari
tak lagi bercahaya. Pendidikan ada disebabkan karena ingin menjadikan manusia
seutuhnya yang mampu mengharungi kehidupan pada jalur dan kondratnya.
Meskipun dalam prosesnya
pendidikan itu bersifat abstrak, namun hasilnya terlihat melalui perubahan
prilaku manusia. Perubahan terjadi karena ada sistem kerja yang sinergis antara
pikiran dan hati dari proses pendidikan yang terjadi. Kesinergisan antara dua unsur
tersebut menjadi penyeimbang pergerakan organ tubuh manusia yang lainnya.
Seperti kaki untuk berjalan, tangan untuk memegang, mata untuk melihat, telinga
untuk mendengar, mulut untuk berbicara, dan lain sebagainya.
Karena pada dasarnya secara
biologi manusia itu terdiri dari beberapa organ yang membetuk sebuah tubuh.
Diantara organ yang ad, maka hati dan akal pikiran merupakan raja dan ratu bagi tubuh manusia. Hati
sebagai ratu dan akal sebagai raja. Ketika akal terlalu dominan maka ia akan
menggerakan organ tubuh lainnya untuk berbuat sesuai apa saja yang dianggap
benar sesuai apa yang dipikirkan. Dengan bahasa sederhananya pikiran selalu
betindak tanpa batas yang barangkali akan menyebaban keluar dari jalur dan
kodrat manusia sebagai khalifah dimuka bumi. Oleh karena itu perlu hadirnya
hati sebagai filter agar akal tidak salah sasaran.
Begitu
juga dengan hati. Ketika hati terlalu dominan maka akal pikiran hadir sebagai
bumbu agar hati selalu bekerja sesuai tujuan. Begitulah cara kerja pendidikan. Pendidikan
menjadi bagian yang tak terpisahkan bagi kehidupan manusia. Rekonstruksi
pendidikan harus dilakukan secara holistik. Berpandangan holistik adalah sebuah
cara pandang yang menekankan pada pengakuan bahwa keseluruhan merupakan sebuah
kesatuan yang saling berkaitan.
Karena ketika
pendidikan tidak dilakukan secara holistik maka akan menyebabkan ketimpangan.
Sebagai contoh banyak kita temukan saat ini bahkan sekelas pejabat negara pun
seringkali bertindak dan berprilaku tidak sesuai dengan apa yang diharapkan.
Korupsi meraja lela, tindakan asusila yang terang-terangan ada didepan mata,
kekuasaan dijadikan pemuas nafsu duniawi belaka. Padahal jabatannya adalah
sebuah amanah yang Tuhan berikan yang pertanggungjawabannya bukan saja ketika
ia masih hidup di dunia namun berujung pada alam ahirat sebagai tempat abadi
manusia.
Jika kita lihat tingkat
pendidikan para mafia bangsa tersebut bukanlah rendah-rendah, ada yang bergelar
Doktor bahkan sampai Profesor. Lantas kenapa ini ini masih bisa terjadi?.
Bukankah pendidikan itu ada karena untuk memanusiakan manusia? Bukankah dengan pendidikan
manusia menjadi beda dengan mahkluk Tuhan lainnya?. Ya, tentu saja bahwa
pendidikan memiliki nilai luhur. Hanya saja ini terjadi seperti apa yang
penulis jelaskan di atas karena sistem kerja pendidikan yang belum dipahami secara
komprehensif. Pemahaman pendidikan masih tertuju pada akal dan pikiran.
Sehingga keberadaan akal menjadi dominan, sementara hatinya tertidur pulas.
Ketika hati bangun ternyata kaki telah melangkah, tangan telah diayunkan dan mata
telah terbuka kepada hal yang betentangan dengan seharusnya terjadi.
Oleh sebabkan itu,
lewat tulisan ini penulis ingin menegaskan bahwa pendidikan itu pada dasarnya
memiliki nilai luhur dan jelas keberadaannya seperti warna hitam dan putih.
Namun seringkali konsep pendidikan secara holistik belumlah dipahami dengan
benar oleh oknum yang menodai nilai-nilai pendidikan. Sehingga berdampak pada
menurunya kepercayaan masyakat bahwa pendidikan itu penting agar manusia
selamat di dunia dan akhirat.
*Sumber gambar: Google
No comments
Post a Comment