THE POWER OF DREAMS 2: KITA TIDAK AKAN BESAR DI PERAHU YANG BESAR
Oleh
Khairul
Azan
(Dosen STAIN Bengkalis & Ketua DPD GAMa Riau Kabupaten Bengkalis)
Beberapa
hari yang lalu aku dikejutkan dengan masuknya panggilan dari nomor tak dikenal
di HP jadulku. Aku tidak tahu siapa itu, karena panggilan yang masuk tidak
memiliki nama. Ini berarti nomor yang masuk tersebut sama sekali belum pernah
aku simpan. Aku membiarkan HP ku berbunyi terus sembari buru-buru untuk
menghabiskan makanan. Suasainya makan, HP ku masih saja berbunyi dan aku
mengangkatnya. Ketika menekan tombol menerima panggilan dan HP aku dekatkan
ketelinga, aku mendengar suara yang menanyakan apakah ini dengan Bapak........(mempertanyakan
namaku)? Aku terdiam sejenak sambil mengingat sepertinya suara itu aku kenal. Aku
berusaha mengingatnya dan tanpa menjawab pertanyaannya aku langsung menebak
apakah ini dengan........Ia pun tertawa sebagai bentuk membenarkan dugaanku dan
kami saling menanyakan kabar. Tenyata orang yang menelpon adalah teman dekatku
ketika dulu sama-sama kuliah di Bandung. Meski kami beda jurusan namun kamu
dekat karena tergabung dalam organisasi kampus yang sama. Aku sudah lama tidak
menghubunginya karena kesibukan ditempat kerja, begitu juga dengan dia.
Kamipun
bercerita panjang lebar mulai dari urusan percintaan sampailah urusan
pekerjaan. Kebetulan ia sekarang sudah menikah dan dikaruniani seorang anak
laki-laki. Kebiasaannya adalah membuli teman-teman dekatnya. Tak lengkap bagi
dia ketika tidak membuli orang-orang dekatnya. Sekarang ia bisa dikatakan
sukses dengan jabatannya saat ini. Memiliki istri dan karir yang bagus menjadi
nilai keunggulan tersendiri untuknya. Sekarang ia menjadi salah satu unsur
pimpinan di salah satu perguruan tinggi yang sedang berkembang di Bumi Lancang
Kuning.
Ia bisa
sampai pada posisi itu memang karena prosesnya yang betul-betul dijalani. Semasa
kuliah dia aktif berorganisasi. Jiwa kepemimpinannya mulai terlihat dan diasah
semasa kuliah dulu. Mulai dari S1 sampailah S2. Ia orangnya tegas tak pantang
menyerah. Berani mengutarakan sesuatu yang terkadang banyak orang yang tak suka.
Singkat cerita kamipun menutup pembicaraan tentang karir ke depan. Meski dia
seusia denganku aku selalu mendengarkan nasihatnya. Ada satu kalimat yang ia
utarakan tentang masa depan. Sebuah cita-cita untuk menjadi besar, yaitu “Kita
tidak akan menjadi besar di perahu yang besar”. Itulah kalimat yang keluar dari
mulutnya sembari beberapa menit kemudian kamipun menutup telpon karena jam
kerja telah masuk dan sepertinya pesawatnya akan diberangkatkan. Kebetulan saat
itu ia sedang di bandara ingin terbang ke Batam.
Seuasainya berkomunikasi
dengannya diperjalanan menuju kampus aku mencoba mencari apa makna dari kalimat
tersebut. Setelah membolak-balikkan fikiran sampailah aku pada satu kesimpulan
makna dari apa yang diungkapkan, yaitu : kesuksesan tak diraih dari sesuatu
yang serba instan melaikan melalui proses yang membutuhkan perjuangan. Perjuangan
yang terkadang membuat kita hampir menyerah dan kalah. Tetapi ketika kita
berhasil melewatinya maka kesuksesan akan kita raih. Kalimat “kita tidak akan
besar di perahu yang besar” memberikan pemahaman bahwa dalam perahu yang besar
kita tidak akan merasakan gelombang yang besar yang membuat kita berjuang melewatinya.
Diperahu yang besar dengan fasilitas yang serba lengkap juga membuat kita
terlena dan lupa tentang hakikat meraih impian. Tetapi sebaliknya diperahu yang
kecil kita dijarkan untuk tangguh melawan gelombang dan memaksimalkan segala
peluang. Ketika itu dilakukan sebesar apapun masalah yang dihadapi dikemudian
hari tak akan gentar karena kita telah teruji.
Diperahu
yang kecillah berawalnya karir. Diperahu yang kecillah akan membuat kita
menjadi besar.
Semoga
bermanfaat.
Bengkalis, 11
September 2018
*Sumber
gambar: Google
No comments
Post a Comment