MAAFKAN AKU YANG TAK MENGIKUTI KEINGINANMU
Oleh
Khairul
Azan
(Dosen STAIN Bengkalis & Ketua DPD GAMa Riau Kabupaten Bengkalis)
Aku pernah berada pada puncak
ketinggian. Perlahan mimpi yang selama ini ada dibenakku mulai kuraih meski
harus dilalui dengan tertatih-tatih. Mimpi itu tak lagi hanya sebatas hayalan
tetapi telah berubah menjadi kenyataan. Kenyataan yang menunjukkan bahwa aku
bisa mewujudkannya. Begitulah hakikatnya sebuah kesuksesan, kita harus berupaya
sekuat tenaga, jangan menyerah dan lekas kalah. Ketika semangat telah bergelora
maka berjuanglah untuk meraihnya.
Tapi entah
kenapa, disaat puncak itu telah kuraih, justru aku memutuskan untuk kembali
kelembah, mengkuti kemahuanmu dan pergi. Pergi meninggalkan Ibu Kota dan kembali
ke daerah. Tak ada sedikitpun rasa penyesalan karena puncak itu akan segera
kutinggalkan. Aku tidak berfikir dua kali untuk mengambil keputusan yang
jelas-jelas aku akan menghapus mimpi. Barangkali Tuhan sedang mengujiku. Atas
nama cinta aku membuat keputasan tanpa logika. Logika dimana aku harus berjuang
kembali dari titik nol untuk menggapai apa yang kuinginkan selama ini. Tidak masalah,
itulah yang ada dibenakku saat itu. Yang jelas aku selalu ada disisimu.
Aku merasa
kuat karena kau selalu memberikan semangat. Aku begitu optimis berjuang untuk
kita bisa hidup bersama. Apa yang kulakukan tak pernah kau patahkan. Selalu kata
motivasi yang kau lontarkan agar aku tetap giat menjemput kebahagiaan.
Sampailah pada
suatu masa. Entah apa yang membuatmu berubah. Semangat yang selama ini kumiliki
perlahan berbalik arah untuk menikamku, membuatku terjatuh dan pasrah. Kata-kata
motivasi yang kau berikan selama ini berubah menjadi kata-kata yang membuat
pesimis diri. Engkau memaksa aku untuk meninggalkan kesempatan yang Tuhan
berikan. Padahal duhulu kau tak pernah mempermasalahkan itu. Tapi sekarang
justru menjadi sesuatu yang berat karena aku harus memilih karenamu.
Oleh karena
itu maafakanlah aku, untuk kali ini aku tak akan mengikuti keinginanmu. Aku tak
mau terjatuh pada lubang yang sama dan tak tahu siapa yang akan membantuku. Biarlah
semuanya berlalu yang menyisakan pilu. Pilu itu akan ku jadikan sebagai cambuk
yang mengantarkan aku pada puncak yang pernah ku dapatkan.
“adakalanya memang kita harus berlutut pada cinta, namun
adakalanya juga harus berhati-hati pada cinta, karena cinta mampu merubah arah”
Semoga
bermanfaat.
Bengkalis, 05
Agustus 2018
No comments
Post a Comment