TEPIAN HATI: TELAGA RINDU
Oleh
Khairul
Azan
(Dosen STAIN Bengkalis & Ketua DPD GAMa Riau Kabupaten Bengkalis)
Di bawah jinggamu aku bersembunyi
dari kelamnya malam yang sendang menanti. Aku yakin engkau bisa menerangi
malamku disaat gelap gulita membuat aku buta untuk melihat sesuatu. Engkau
hadir bagaikan rembulan yang siap memancarkan cahaya untuk menerangi kegelapan.
Kegelapan hati yang selama ini menemani membuat hidup terasa tak lagi berarti.
Catatan lama
bercerita sebuah kisah antara kau dan aku. Kisah yang membuat dada terasa sesak
ketika kita tak bertemu. Ya, itulah rindu. Kita pernah terjebak dalam ruang dan
waktu yang tak seorangpun mampu untuk memecahkannya. Hanya kita saja yang mempu
memecahkannya. Hati kita saling terpaut dan berharap hanya mautlah yang akan
memisahkan sebuah jalinan asmara.
Rindu
memang seperti mata air dalam sebuah telaga. Semakin ditimba semakin
bermunculanlah mata air baru. Begitulah rinduku padamu. Semakin aku berusaha
membuangnya semakin bertambahlah rindu yang menyesakkan dada. Semakin aku
menjauh semakin ia menghampiri. Semakin aku bersembunyi semakin ia menemukan
celah untuk menemuiku.
Sekarang semuanya
telah berakhir. Bukan maut yang memisahkan kita tetapi keadaanlah yang memaksa
kita untuk berpisah. Semuanya hanya menjadi masa lalu yang menyisakan
puing-puing kenangan dan luka. Aku tidak tahu kapan luka ini akan sembuh dan
puing-puing kenangan akan menjadi satu sehingga mampu mendirikan sebuah pondasi
kehidupan yang baru.
Saat ini
kau dan aku tak ubahnya seperti orang asing yang tak pernah saling mengenal.
kau dan aku begitu jauh dan sangat jauh.
Tapi biarlah,
aku tetap berterimakasih kepadamu karena mengizinkan aku untuk mengenal lebih
jauh siapa dirimu meski hanya sebentar. Aku mengenal keluarga besarmu dan
ponaanmu yang lucu-lucu. Terimakasih.
Semoga
bermanfaat.
Bengkalis, 14
Juli 2018
No comments
Post a Comment