MEMOTRET SISTEM PENDIDIKAN DI FINLANDIA
Oleh
Khairul
Azan
(Dosen STAIN Bengkalis & Ketua DPD GAMa Riau Kabupaten Bengkalis)
Pendidikan
merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan manusia. Tak hanya itu,
pendidikan juga berperan besar dalam menentukan kemajuan suatu negara. Sehingga bisa dikatakan semakin baik
pendidikan di negara tersebut maka semakin majulah negaranya.
Melihat pentingnya pendidikan, maka tidak heran
setiap negara berlomba-lomba untuk meningkatkan mutu pendidikan melalui
kebijakan-kebijakan yang dirumuskan. Indonesia sendiri terus melakukan
perubahan-perubahan kebijakan guna meningkatkan mutu pendidikan di negeri ini.
Hanya saja secara imlementatif dampak dari kebijakan yang dirumuskan masih
belum begitu signifikan dalam mendongkrak mutu pendidikan di Indonesia.
Sepertinya kita harus banyak belajar dari
negara-negara dengan kualitas pendidikan yang membanggakan dalam struktur kelas
dunia. Salah satunya Finlandia. Meski laporan penelitian yang dilakukan oleh
lembaga yang bernama The Social Progress Imperative mengatakan saat ini kualitas pendidikan di Finlandia
menurun dimana posisinya berada pada urutan kelima, namun tidak salah kiranya
kita belajar melihat sistem pendidikan di negara tersebut sehingga membuat
beberapa tahun yang lalu Finlandia
pernah menjadi salah satu negara rujukan dari sisi sistem pendidikan terbaik.
Jika dilihat, sistem pendidikan di Finlandia memang
jauh berbeda dengan Indonesia. Perbedaan tersebut terlihat dari beberapa aspek
yang penulis nilai menjadi keunggulan tersendiri dan menjadi sesuatu yang baru ketika ini diterapkan di Indonesia.
Tidak
ada sistem rangking
Tidak ada
istilah si “bodoh” dan si “pintar” dalam sistem pendidikan di Finlandia. Ini terjadi
karena tidak ada sistem rangking yang berlaku di sekolah yang ada di negara
dengan kualitas terbaik ini. Sehingga dampak positif dari tidak adanya sistem
rangking tersebut anak-anak mudah bergaul dengan siapapun karena tidak minder
dengan kemampuannya masing-masing.
Tidak
Ada Ujian Nasional (UN)
Untuk mengevaluasi
keberhasilan siswa, Finlandia tidak mengenal Ujian Nasional (UN) seperti yang
berlaku di Indonesia. Lalu bagaimana mengevaluasi keberhasilan siswa dalam
belajar? Jawabannya ada ditangan guru. Mengapa demikian? Karena pemerintah
Finlandia menganggap gurulah yang lebih tahu dengan kemampuan muridnya. Disamping
itu kebebasan juga berlaku kepada siswa dalam hal pemberian otonomi khusus dimana
setiap siswa boleh menentukan sendiri jadwal ujiannya untuk mata pelajaran yang
mereka anggap sudah dikuasai.
Waktu
sekolah yang singkat
Waktu sekolah
antara Finlandia dan Indonesia sangat berbeda. Di Finlandia, anak-anak pada
tingkat SD menghabiskan waktunya di sekolah selama 4 sampai 5 jam perhari. Sementara
untuk tingkat SMP dan SMA anak-anak hanya datang ke sekolah ketika mata
pelajaran yang diambil layaknya kuliah di perguruan tinggi.
Kualitas
guru sangat diperhatikan
Pemerintah
Finlandia sangat memandang penting peran guru dalam peningkatan mutu
pendidikan. Oleh itu syarat menjadi guru di Finlandia tidaklah semudah menjadi
guru di Indonesia. Salah satu syaratnya adalah meraih gelar master dan masuk
dalam peringkat 10 besar lulusan terbaik di perguruan tinggi. Disamping itu
kesejahtraan guru juga menjadi perhatian utama pemerintah Finlandia. Mereka sadar
bahwa kesejahtraan guru sama pentingnya dengan keberhasilan siswa.
Kurikulum
yang Fleksibel
Otonomi
dalam penyelenggarakan pendidikan di sekolah memang betul-betul terjadi di Finlandia.
Ini terlihat dari fleksibelnya kurikulum pendidikan yang berlaku. Kurikulum dasar
yang di tetapkan bukanlah sesuatu yang tidak boleh di otak atik atau harga
mati. Melainkan sekolah diperbolehkan untuk mengembangkannya semaksimal mungkin
guna menunjang keberhasilan siswa dalam belajar.
Sumber Bacaan:
Semoga bermanfaat
Bengkalis, 25 Juli 2018
Sumber gambar : Google

No comments
Post a Comment