KITA YANG TAK SAMA
Oleh
Khairul
Azan
(Dosen STAIN Bengkalis & Ketua DPD GAMa Riau Kabupaten Bengkalis)
Tak terasa waktu terus
berjalan bagaikan roda kehidupan yang terus berputar. Semuanya telah berganti
dan sesuatu yang telah pergi hanya tinggal kenangan sebagai pengingat di kemudian
hari. Kenangan yang akan membuat kita tertawa, sedih, dan gembira ketika
masa-masa itu diingat kembali. Termasuk tentang kamu. Aku tidak berencana untuk
mengenalmu tetapi justru sesuatu yang tidak pernah aku fikirkan sekarang
menjadi sesuatu yang tak bisa dihilangkan. Ya, inilah rasa yang membuat sesak
di dada. Kita mulai berencana untuk menggapai masa depan bersama. Berkomitmen untuk
menjaga hati yang tak akan diberikan pada siapapun yang ingin menodai.
Kita mulai belajar untuk mengenal diri
masing-masing. Bukan aku tapi kamu, bukan kamu tapi aku. Begitulah cara kita
untuk bisa menyatu. Aku belajar mengenalmu dan kau juga begitu. Kita adalah
sepasang hati namun memiliki hobi yang berbeda. Hobimu mendaki gunung sedangkan
aku lebih suka duduk di tepian pantai sambil menunggu senja yang mulai
mengintai. Begitu juga dengan sifat kita masing-masing. Aku lebih cendrung diam
sedangkan engkau sangat heboh dalam keramaian. Tapi sesuatu yang ku suka darimu
adalah kesederhanaan yang membuat aku sadar bahwa kebahagiaan bukanlah diukur
dari kemewahan. Engkau masih bisa tertawa lepas meski dirundung masalah tanpa
batas.
Sepertinya kita memang
harus belajar keras untuk memahami, menerima dan menolak apa yang ada pada diri
kita masing-masing. Karena tidak selamanya apa yang ada pada diri kita
dipertahankan ketika kita telah menyatu dalam sebuah ikatan yaitu pernikahan. Mengapa?
karena ketika kau dan aku manyatu tidak ada istilah aku atau kamu. Duniamu atau
duniaku. Tak akan ada lagi istilah berpisah karena perbedaan yang menjadi
masalah. Justru yang perlu kita lakukan adalah menjadikan perbedaan itu sebagai
kekuatan agar kau dan aku menjadi kita. Yang
pada akhirnya kita akan menyadari bahwa sebuah hubungan akan semakin erat bukan
karena kau memahami duniaku saja atau sebaliknya. Tetapi lebih kepada ketika
kita mampu menciptakan sesuatu yang baru yaitu “dunia kita”.
“perbedaan
bukanlah sesuatu yang merusak hubungan, justru itu adalah kekuatan”
Semoga
bermanfaat.
Bengkalis, 23
Juli 2018
Sumber
gambrar : Google
No comments
Post a Comment