GORESAN CINTA PENA 20 : MEMBACA BUKU NOVEL DAN MENGHASILKAN BUKU SOLO
Oleh
Khairul
Azan
(Dosen STAIN Bengkalis & Ketua DPD GAMa Riau Kabupaten Bengkalis)
Saya termasuk salah
seorang yang suka membaca buku-buku dalam bentuk novel. Meski tak sebanyak yang
dimiki teman-teman lainnya tapi paling tidak di rak buku yang saya miliki masih
ada terpajang keleksi buku novel yang menghiasi. Kesukaanku membaca buku novel didasari
pada jenis tulisannya yang mengalir begitu saja dan apa yang dituliskan sangat
dekat dengan kehidupan kita. Sehingga dengan bahasanya yang santai dan
muatannya yang relevan sangat sesuai dibaca untuk menemani dikala mau tidur,
istirahat kerja atau bangun pagi menjelang berangkat kerja dengan secangkir
kopi.
Buku-buku novel yang
dibaca banyak memberikan inspirasi bagi saya dalam menulis. Apalagi membaca
buku-buku penulis terkenal yang karyanya begitu fenomenal. Dari membacanya saja
motivasi mulai melambung seakan-akan ingin menjadi seperti mereka. Inilah awal
dari lankahku menjadi seorang penulis, meski belum banyak menelurkan buku tapi
keyakinan selalu ada bahwa suatu saat saya bisa menjadi seperti mereka.
Dulu sempat bertanya pada
diri sendiri ketika membaca novel-novel yang tebalnya lebih dari empat ratus
halaman, mengapa mereka bisa menuliskannya. Lumayan banyak bukan? Bahkan bukan
hanya satu buku yang dihasilkan melainkan beberapa judul. Jika dilihat
terbitannya tidak begitu lama jaraknya antara satu buku dengan buku yang lain
dengan penulis yang sama. Darisanalah saya mencoba untuk mulai menulis. Mereka bisa
kenapa saya tidak. Tidak terfikirkan apakah saya memiliki keahlian dalam
menulis atau tidak. Saya memaksakan diri untuk menulis meski topik yang diusung
setiap harinya berbeda-beda tidak masalah, yang penting saya menulis. Alhasil dari
tulisan-tulisan sederhana yang saya tulis setiap hari tersebut menelurkan buku
solo saya yang berjudul “Aku Ingin Jadi Penulis”. Ini adalah buku solo pertama
disamping karya-karya antologi yang telah saya miliki. Bisa dikatakan saya
banyak belajar dan terinspirasi dari novel-novel yang saya baca. Meski tidak
terlalu tebal tapi memiliki buku solo untuk pertama kalinya memang rasanya luar
biasa. Darisanalah saya berifikir bahwa kita bisa menulis yang penting
konsisten dengan menulis. Bayangkan ketika satu hari saja kita mampu menulis
sebanyak dua halaman maka dalam waktu dua bulan kita sudah bisa menerbitrkan satu
buku solo. Apalagi seperti mereka yang telah lama menulis, dalam satu hari
mereka bisa menghasilkan sepuluh halaman maka tidak menutup kemungkinan jumlah
halaman yang begitu banyak untuk satu buku sangat mudah mereka lakukan.
Ayo
menulis.....................
Bandung, 27 Juni 2018
*Sumber gambar: Google

No comments
Post a Comment