Selamat Datang di Laman Lentera Kehidupan

Selamat Datang di Laman Lentera Kehidupan

DUA PULUH SEMBILAN NILAI KEHIDUPAN YANG TERKANDUNG DALAM TUNJUK AJAR MELAYU KARYA TENAS EFFENDY

Oleh
Khairul Azan
(Dosen STAIN Bengkalis & Ketua DPD GAMa Riau Kabupaten Bengkalis)


Indonesia sebagai negara yang kaya akan ragam budaya yang tersebar diseluruh nusantara. Keragaman budaya tersebut sebagai simpul pengikat antar umat beragama dan suku dalam bingkai Bhineka Tunggal Ika. Simpul pengikat itu juga menjadikan Indonesia sebagai salah Negara yang kuat dan layak  untuk diperhitungkan di mata dunia. Salah satunya adalah Riau sebagai daerah yang memberikan kontribusi besar dalam pembangunan bangsa  yang berbudaya dan bermartabat.
Sebagai warga Riau kita patut berbangga hati dengan dikukuhkannya 11 Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) Riau oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan baru-baru ini sebagai Budaya Indonesia dan akan diusulkan ke UNESCO sebagai warisan budaya dunia. Sebelas budaya yang dimaksud diantaranya yaitu: Tunjuk Ajar Melayu karya Almarhum Tenas Effendy, Sijobang “Buwong Gasiong”, Silat, Zapin Api, Zapin Meskom, Manongkah, Perahu Beganduang Kuansing, Batobo, Rumah Lontiok, Selembayung Riau dan Onduo (www.riauterkini.com).
Masyarkat Riau secara umum didominasi oleh Etnis Melayu sebagai penduduk asli. Namun tidak menutup kemungkinan etnis lain seperti jawa, minang, batak dan cina juga menjadi bagian dalam tatanan hidup bermasyarakat di Provinsi Riau. Orang Melayu sangat menjunjung tinggi akan budi pekerti. Budi pekerti tersebut tercermin melalui prilaku dan tutur kata yang menunjukkan Melayu adalah salah satu etnis yang memiliki budaya sebagai jati diri. Sebagaimana Erni (2016: 163) mengatakan bahwa “orang Melayu sangat kaya dengan ajaran kebajikan demi ketinggian budi dan kemuliaan kemanusiaan sebagai dasar untuk membangun generasi emas di masa datang. Ajaran-ajaran yang berhubungan dengan pembentukan karakter atau sikap moral itu diajarkan secara alamiah dan turun temurun”.
Budaya yang ada menjadi tanggung jawab kita bersama untuk menjaga dan melestarikannya. Diantara  budaya tersebut yang menjadi fokus kajian penulis dalam hal ini adalah Tunjuk Ajar Melayu karya Almarhum Tenas Effendy sebagai karya yang fenomenal dikalangan masyarakat Riau khususnya dan Indonesia pada umumnya bahkan sampai kemanca negara.
Sebagai generasi muda tentunya menjaga dan melestarikan bukan hanya sekedar tau, tapi lebih dari itu adalah menginternalisasikan nilai-nilai dan makna yang terkadung di dalamnya. Tunjuk Ajar Melayu sebagai pijakan dalam mengharungi kehidupan terjadi melalui interaksi baik sesama manusia maupun kepada Tuhan sang pemilik kehidupan. Kembali kepada budaya perlu digalakkan mengingat saat ini sebagian dari kita mulai terseret arus globalisasi yang salah kaprah dalam menilai perubahan. Budaya mulai ditinggalkan dan hanya dijadikan simbol dalam menjalani kehidupan. Kita tahu tapi tidak paham dengan apa yang kita ketahui. Kita paham tapi tidak berusaha mengamalkan apa yang kita pahami dalam kehidupan.
Tunjuk Ajar Melayu atau disingkat dengan TAM dari sisi definisi dapat dipahami sebagai petuah, petunjuk, nasihat, amanah, pengajaran, dan contoh teladan yang bermanfaat bagi kehidupan manusia dalam arti luas. Sebagaimana menurut orang tua Melayu, “Tunjuk Ajar Melayu adalah segala petuah, amanah, suri teladan, dan nasihat yang membawa manusia ke jalan yang lurus dan diridhoi Allah, yang berkahnya menyelamatkan manusia dalam kehidupan di dunia dan kehidupan di akhirat” (Effendy, 2006: 7).
Sejalan dengan penjelasan di atas Sumarsih, dkk (2014: 35) juga menjelaskan bahwa “Tunjuk Ajar Melayu (TAM) berakar dari sastra Melayu, berisi nasehat, amanah, petunjuk, pengajaran dan suri tauladan agar manusia Melayu dapat menjalani kehidupan yang baik dan diridhoi oleh Allah SWT, Tuhan yang maha Esa.
Dari penjelasan di atas dapat dipahami bahwa Tunjuk Ajar Melayu terbentuk melalui proses perpaduan antara agama dan budaya yang melebur jadi satu dan jadilah sebuah pegangan bagi orang Melayu. Menurut Efendi (2013), untuk mewujudkan manusia bertuah, berbudi luhur, cerdas, dan terpuji, masyarakat Melayu mewariskan tunjuk ajarnya dengan berbagai cara, baik melalui ungkapan lisan maupun melalui contoh dan teladan. Pewarisan melalui lisan dapat dilakukan dengan mempergunakan sastra lisan seperti pantun, syair,cerita-cerita rakyat, ungkapan, pepatah-petitih, bidal, perumpamaan, dan sebagainya. Pewarisan melalui contoh dan teladan dilakukan dengan memberikan contoh perilaku, perangai, dan perbuatan yang terpuji.
Tengku Nasyaruddin Effendy atau kerap disapa dengan nama Tenas Effendy sang pemilik karya adalah budayawan dan sastrawan Riau. Beliau adalah tetua bagi masyarakat Riau. Karya-karya yang dihasilkan menjadi pegangan bahkan sudah dimasukkan dalam kurikulum lokal di sekolah dan perguruan tinggi.
Menurut Effendy (2006: 31-428) ada 29 nilai yang terkandung di dalam Tunjuk Ajar Melayu diantaranya adalah: 1) Ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, 2) Ketaatan kepada Ibu Bapa, 3) Ketaatan kepada Pemimpin, 4) Persatuan dan Kesatuan, 5) Gotong Royong dan Tenggang Rasa, 6) Keadilan dan Kebenaran, 7) Keutamaan Menuntut Ilmu Pengetahuan, 8) Ikhlas dan Rela Berkorban, 9) Kerja keras, Rajin, dan Tekun, 10) Sikap Mandiri dan Percaya Diri, 11) Bertanam Budi dan Membalas Budi, 12) Rasa Tanggung Jawab, 13) Sifat Malu, 14) Kasih Sayang, 15) Hak dan Milik, 16) Musyawarah dan Mufakat, 17) Keberanian, 18) Kejujuran, 19) Hemat dan Cermat, 20) Sifat Rendah Hati, 21) Bersangka Baik Terhadap Sesama Makhluk, 22) Sifat Perajuk, 23) Sifat Tahu Diri, 24) Keterbukaan, 25) Sikap Pemaaf dan Pemurah, 26) Sifat Amanah, 27) Memanfaatkan Waktu, 28) Berpandangan Jauh ke Depan, 29) Mensyukuri Nikmat Allah, dan Hidup Sederhana.
Sumber Bacaan
Tenas Effendy. (2006). Tunjuk Ajar Melayu. Yogyakarta: Balai Kajian dan Pengembangan Budaya Melayu.
..................(2013). Tunjuk Ajar Melayu. Pekanbaru: Tenas Effendy Foundation.
Yanti Sumarsih, Syahrul Ramadhan, Auzar. (2014). Struktur dan Nilai-Nilai Pendidikan Ketakwaan dalam Tunjuk Ajar Melayu Versi Tenas Effendi. Jurnal Bahasa, Sastra dan Pembelajaran. Vol. 2 No. 2 . hlm: 35.
Erni. (2016). Tunjuk Ajar Melayu Riau dalam Tradisi Lisan Nyanyi Panjang Orang petalangan Kabupaten Pelalawan Provinsi Riau. Proceeding International Seminar on Education 2016 Faculty of Tarbiyah and Teacher Training.

Semoga bermanfaat.
Bengkalis, 27 April 2018
*sumber gambar: Google

No comments

Powered by Blogger.