GORESAN TINTA PENA 12 : MENANGKAP IDE
Oleh
Khairul
Azan
(Dosen STAIN Bengkalis & Ketua DPD GAMa Riau Kabupaten Bengkalis)
Hari ini aku kembali menulis setelah satu hari absen
untuk tidak menulis. Ternyata inilah yang dirasakan ketika menulis sudah
menjadi kebutuhan. Rasanya ada yang kurang dalam diri meski hanya satu hari ditinggalkan dan dihianati. Batin berontak jiwa bergejolak
untuk segera mengambil laptop dan menulis tentang apa saja itu.
Hari ini aku ingin menulis
tentang “Menangkap Ide”. Judul ini terinspirasi ketika membaca sebuah tulisan
yang dibagikan oleh Bunda Amie di Group Menulis yang kami ikuti. Tulisan ini
sederhana namun kaya akan makna, makna yang mampu merubah seseorang yang tidak
mampu menulis akan menjadi seorang penulis. Tulisan yang dibagikan Bunda Amie adalah
karya Bapak Khoiri yang sangat menggelitik diri dan membuat motivasi kembali
melambung tinggi. Tulisan Bapak Khoiri ini berjudul “Tidak Punya Ide Menulis”.
Apa yang ditulis oleh
Bapak Khoiri itu sering terjadi pada kita sebagai penulis pemula, dan itu tidak
menutup kemungkinan juga terjadi pada penulis yang telah banyak melahirkan
karya. Kondisi tersebut adalah manusiawi. Mengapa itu terjadi karena banyak
faktor yang mempengaruhi, bisa jadi karena faktor lelah sehingga otak tak lagi
mampu mencerna dan organ lainnya juga tak kuasa untuk berbuat sesuatu dalam
menuliskan beberapa kata.
Apa yang dituliskan oleh Bapak Khori menunjukkan bahwa pada hakikatnya ide
itu ada namun menangkapnya yang terkadang kita tak mampu. Ide itu tidak
bertempat dan tidak ada waktu. Dimana saja dan kapan saja ide akan muncul. Apa saja
yang kita lihat dan rasakan itu bisa menjadi ide untuk menuliskan sesuatu. Jika
kita melihat bulan maka tulislah tentang bulan, jika kita melihat matahari maka
tulislah tentang matahari, ketika kita melihat senja maka tulislah tentang
begitu indahnya senja sebagai bukti kekuasaan Tuhan, dan begitulah seterusnya. Bahkan
lebih dahsyatnya ketidakmampuan atau kebuntuan kita (writer’s block) dalam menulis itu juga bisa dijadikan ide untuk
menulis. Sehingga wajar saja Jeff Goins seorang Blogger di Amerika mengatakan bahwa
“kebuntuan (writer’s
block) yang terjadi bagi seorang penulis bukanlah penghalang bagi
seorang penulis untuk tetap menulis. Justru disaat-saat itulah sebenarnya
seorang penulis ditantang untuk bisa memecahkan kebuntuan yang terjadi. Lebih
lajut apa yang harus ditulis ketika itu terjadi? Tulislah kondisi itu. Tulislah
bahwa kamu tidak tahu apa yang mesti kamu tulis. Bertanya-tanyalah dan tuliskan
pertanyaan-pertanyaan itu berikut kemungkinan-kemungkinan jawabannya.
Ada trik yang bisa dilakukan agar
kita bisa menangkap ide. Ini yang ku lakukan. Pertama, seperti penjelasan sebelumnya bahwa ide itu ada
dimana-mana. Tapi dia masih menjauh dari kita dan masih melayang-layang di atas
kepala. Supaya ide bisa mendekat maka jemput ia dengan cara ambil kertas dan
pulpen atau laptopmu lalu menulislah tentang sesuatu, sesuatu yang masih semu
di atas kepalamu. Tuliskan ia walapun hanya beberapa kata. Lihatlah hasilnya
beberapa kata itu jika dituliskan ia akan berkembang menjadi beberapa bait,
paragraf hingga halaman.
Kedua, jelilah
melihat sesuatu yang sederhana. Seorang penulis ia mampu melihat sesuatu yang orang
lain tak mampu melihatnya. Sesuatu yang sederhana adalah mutiara sebuah
tulisan. Itu adalah ide dan itu adalah ilmu yang terkadang kita terlalu
menganggapnya tidak berarti dan tak punya nilai yang berarti. Padahal apapun
yang Tuhan ciptakan di dunia ini tak terlepas dari nilai yang menyertai. Inilah
yang dilakukan oleh penulis-penulis hebat diluar sana. Sehingga tidak ada
istilah kehabisan ide melaikan ide muncul dan muncul kembali. Karena jika
dikaji dunia dan seisi-isinya maka umur yang diberikan Tuhan kepada kita akan
terasa begitu singkat untuk mengkajinya.
Bengkalis, 03 Februari
2018
*Sumber gambar: Google
No comments
Post a Comment