JEJAK SANG MAHASISWA 5 : MEMPERTAHANKAN ITU LEBIH SULIT
Oleh
Khairul
Azan
(Dosen STAIN Bengkalis & Ketua DPD GAMa Riau Kabupaten Bengkalis)
Perubahan yang
kulakukan pada semester tiga memang membuahkan hasil. Ini kurasakan pada
semester empat. Nilai kuliahku mulai naik perlahan dan membanggakan. Capain ini
tentunya bukan dengan tolak ukur yang membandingkan nilaiku dengan nilai
teman-teman lainnya, melaikan hanya perbandingan nilai pribadi dari semester ke
semester yang menunjukkan trend yang bagus. Karena jika dibandingkan dengan
nilai teman-teman lainnya tentu aku tetap masih berada di bawah mereka. Mereka rata-rata
memiliki IPK di atas 3,50.
Meski
demikian, itu tidak menciutkan nyaliku untuk terus berprestasi. Karena yang
muncul dalam benakku bahwa IPK itu memang utama namun bukanlah segala-segalanya.
Yang penting kita paham apa yang disampaikan dosen, berani mencoba, dan
memiliki skill yang menjadi salah satu bekal dikemudian hari. Semangatku semakin
tinggi, aku bisa tak pernah lagi diam di kelas justru pasti aktif itulah yang
kulakukan. Disamping itu aku juga terus teringat dengan kata-kata mutiara yang
disampaikan oleh penulis dalam buku yang ku baca yaitu “semuanya itu butuh
proses dan perubahan yang baik adalah ketika kita berubah kearah yang lebih
baik meski secara perlahan”.
Namun sepertinya
apa yang kuraih merupakan ujian dari Tuhan. Semua yang diberikan untuk mencoba
sejauh mana konsistensi diri untuk terus berprestasi dan tetap istiqomah dengan
apa yang telah didapatkan. Semester lima tidaklah sama dengan semester empat,
IPK ku kembali menurun. Meski tadi ku katakan bahwa IPK bukan segala-segalanya
namun itu juga menjadi salah satu faktor untuk mengevaluasi kemampuan dari sisi
kuantitatif. Ini semua di luar dugaan. Padahal aku aktif di kelas. Tugas perkuliahan
semuanya ku kerjakan, tapi tetap saja nilaiku tidak bisa didongkarak, dan lebih
mengejutkan lagi nilai rendah itu diberikan oleh dosen-dosen pavoritku.
Dalam hatiku
bergumam seolah tidak percaya ketika melihat nilai yang dipajang dipapan mading
prodiku. Ingin rasanya bertanya ke dosen yang bersangkutan mengapa mereka
memberikan nilai seperti itu, tapi tidak punya keberanian. Hasratku untuk
menjumpai dosen pengampu terkubur begitu saja, dan itu berarti nilaiku tidak
akan pernah berubah dan tetap seperti itu. Ternyata benar orang-orang bijak mengatakan
bahwa mempertahankan itu lebih sulit ketimbang meningkatkan atau memperolehnya. Itulah yang muncul
dibenakku saat itu. Untuk mempertahankan nilai pada ukuran yang sama dengan sebelumnya
saja aku tidak mampu.
Tapi entah
kenapa ketidak beranianku tersebut berubah menjadi sesuatu yang berbeda. Aku mencoba
untuk mengambil hikmah dari apa yang terjadi. Pada saat itu memang rasa kesal
juga ada namun tidak mengalahkan diri itu selalu mencari nilai positif dari apa
yang terjadi. Aku mencoba untuk tidak menyalahkan dosen yang bersangkutan,
karena bisa jadi akulah yang salah. Ada sesuatu yang membuat para dosen seperti
itu dari apa yang kulakukan. Bisa jadi selama ini aku terlalu terlena dengan
nilai yang dengan mudah diraih padahal semuanya adalah perjuangan. Aku mencoba
untuk menjadikan kegagalan itu sebagai pengingat diri dan melompat lebih tinggi.
Alhamdullah ini dibuktikan pada semester enam. Aku kembali meraih apa yang
pernah terjadi bahkan bukan tetap, IPK ku melambung tinggi dari sebelumnya.
Semoga
bermanfaat.
Bengkalis, 20
Februari 2018
*Sumber
gambar: Google
No comments
Post a Comment