JEJAK SANG MAHASISWA 4 : SEMESTER PERUBAHAN
Oleh
Khairul
Azan
(Dosen STAIN Bengkalis & Ketua DPD GAMa Riau Kabupaten Bengkalis)
Tidak terasa waktu terus berjalan dan
sekarang aku telah menginjak semester tiga. Wah ternyata “aku sudah tergolong
mahasiswa atas”, itulah yang muncul dari benakku. Itu terjadi karena mahasiswa
baru kembali diterima dan tentunya mereka menjadi juniorku di kampus. Mereka
ikut tes layaknya apa yang ku lakukan satu tahun yang lalu. Mereka datang dari
berbagai daerah. Wajah polos menghiasi raut wajah para mahasiswa baru sang
pengejar cita-cita.
Namun ada
yang berbeda pada semester tiga ini. Perbedaan ini dimunculkan lewat perubahan
yang terjadi. Perubahan tersebut bukanlah pada orang lain, melaikan ada pada
diriku sendiri. Bisa dikatakan bahwa semester tiga adalah semester perubahan
bagiku. Mengapa demikian? ya, inilah yang kurasakan. Dulu pada semester satu dan
dua aku sangat pemalu, jarang sekali aku berani untuk berbicara dan adu argumen
ketika kelas berlangsung, atau bahasa mahasiswanya “tidak aktif”. Aku lebih
cenderung duduk paling balakang dari deratan kursi yang disediakan dan
mendengarkan apa yang disampaikan oleh dosen atau teman-teman yang aktif
berbicara. Menjadi pendengar setia tanpa banyak bicara itulah yang kulakukan. Rasa
minder yang muncul disebabkan karena aku berasal dari keluarga pemalu. Sehingga
faktor genetik keluarga tersebut sedikit banyak juga ada padaku. Disamping itu
faktor lain yang juga membuat aku tidak punya keberanian adalah teman-teman se kelas
ku. Mereka rata-rata orang pintar, ada yang ahli bahasa inggris, bahasa arab,
matematika dan sebagian besar mereka adalah alumni pondok pesantren terkenal yang
ketika berbicara sangat vokal sekali. Sementara aku hanya anak lulusan MA di
pelosok desa yang jumlah siswanya sangat sedikit dan fasilitas sekolah yang
seadanya. Ketika berdebat dengan dosen
mereka sangat piawai dengan kata-kata ilmiah yang membuat siapapun mendengarnya
menjadi ciut alias minder.
Itulah yang
kulalui pada semester satu dan dua. Tapi tidak dengan semester tiga. Aku mulai
berubah. Yang dulunya aku duduk paling belakang sekarang aku duduk paling
depan. Yang dulunya aku tidak berani untuk bicara apalagi adu pendapat sekarang
semuanya berbalik arah. Tingkat keberanianku mulai melambung dan nilai kuliahku
pun mulai mendaki. Akupun bingung pada saat itu, mengapa aku punya keberanian.
Tapi yang ku ingat pada saat itu adalah aku iri pada mereka yang sangat aktif.
Tentunya iri disini adalah dalam makna yang positif. Berawal dari iri tersebutlah
aku mencoba untuk keluar dari zona nyamanku sebagai mahasiswa yang biasa untuk
menjadi yang luar biasa. Akupun merubah penampilan, yang sebelumnya
penampilanku semrawut, menjadi mahasiswa yang rapi di kelas. Rambutku gondrong
begitulah aku. Memang tidak terlalu gondrong tapi jika dibandingkan dengan
teman-teman lain se kelas, akulah yang paling berantakan. Ya, itulah masa
dimana aku mencari jati diri. Bahkan karena rambut gondrong aku pernah dimarahi
dosen dan dilempari spidol. Begitu juga dengan pakaian yang tidak mencontohkan
anak keguruan.
Teman-teman
banyak yang pangling melihat perubahanku saat itu. Apalagi teman-teman wanita,
apakah mereka pangling karena perubahanku atau ada hal lain aku juga gak tau.
Dosen mulai memberikan perhatian padaku, seingga dari perhatian tersebut
motivasi dan kepercayaan diri menjadi bertambah. Bisa dikatakan tidak pernah
aku duduk di belakang mulai saat itu. Begitu juga keaktifan di kelas ketika
sesi tanya jawab aku pasti selalu mencari celah untuk tunjuk tangan. Aku juga
mulai memberanikan diri untuk gabung keorganisasi kalau gak salah pada saat itu,
GMNI (Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia) yang dikomandoi oleh Bang Tanjung
dan organisasi daerah. Meski tidak terlalu aktif namun disana aku juga
mendapatkan ilmu yang berharga dan tentunya tak akan didapatkan di dalam kelas.
Ada beberapa
catatan kecilku pada saat itu setelah merasakan perubahan yang terjadi, yaitu;
1) Ternyata penampilan itu berhubungan dengan kepercayaan diri. 2) Kepercayaan diri
itu penting agar kita bisa unggul. 3) Tidak ada yang bisa merubah kita ketika
kita tidak mau merubahnya. 4) Jika ingin unggul maka duduklah dibarisan depan
jangan selalu berfikir untuk menjadi yang terbelakang.
Semoga
bermanfaat.
Bengkalis, 18
Februari 2018
*Sumber
gambar: Google
No comments
Post a Comment