Selamat Datang di Laman Lentera Kehidupan

Selamat Datang di Laman Lentera Kehidupan

GORESAN CINTA PENA 5 : MENULIS ITU OLAH FIKIR, OLAH RASA, OLAH KATA DAN OLAH RAGA



Oleh
Khairul Azan
(Dosen STAIN Bengkalis & Ketua DPD GAMa Riau Kabupaten Bengkalis)


Seorang penulis tidak akan menjadi penulis ketika ia tidak mampu mengolah empat bagian yang ada di dalam dirinya. Empat bagian yang dimaksud adalah fikir, rasa, kata dan raga. Meski keempat bagian tersebut berbeda namun tidak bisa dipisahkan antara satu dengan lainnya. Sinergisitas antara fikir, rasa, kata dan raga akan membuat kita mampu melahirkan sebuah karya.

Olah Fikir
Menulis adalah ruang imajinasi untuk merekam jejak tentang sebuah tragedi. Untuk merekam jejak, manusia menggunakan akal fikirannya sebagai CCTV dalam kehidupan. Untuk bisa menulis seorang penulis terlebih dahulu mengolah fikirannnya. Mengolah fikiran bertujuan untuk memunculkan ide yang akan dituliskan. Mengolah fikiran tak ubahnya seperti mendaur ulang sampah yang masuk ke otak kita. Tidak semua yang difikirkan bisa dituliskan. Oleh karena itu perlu diolah. Kegiatan mengolah ini berupa memilih dan memilah sampah yang masuk ke otak untuk bisa dijadikan bahan tulisan. Kualitas hasil olahan atas apa yang difikirkan berhubungan dengan beberapa aspek yang mempengaruhinya. Apa itu?. Pertama, rajin membaca. Orang yang rajin membaca akan memperngaruhi ide yang dikeluarkan. Semakin banyak ia membaca maka semakin banyaklah ide yang akan dikeluarkan dan semakin kritis dalam menulis. Ini artinya semakin berkualitaslah tulisan yang akan dihasilkan. Oleh karena itu tidak salah kiranya para penulis yang telah banyak melahirkan karya sepakat mengatakan yang intinya bahwa jika ingin menulis maka kita diwajibkan banyak membaca. Kedua, pengalaman. Sebuah tulisan tidak akan terasa garing ketika dipadukan dengan pengalaman yang terjadi. Sehingga ide yang dikembangkan tidak hanya didasarkan pada teori-teori saja melainkan juga dibumbui dengan fenomena yang terjadi dari apa yang dialami.

Olah Rasa
Menulis itu sama halnya kita membuat masakan rendang sebagai ciri khas masakan orang padang. Rendang tidak akan terasa enak di lidah ketika tidak dipadukan dengan rasa yang seimbang. Takaran penyedap, bumbu dan lain-lain membuat masakan padang tekenal hingga ke manca negara. Menulis juga seperti itu. Agar apa yang kita tulis bisa enak dibaca maka harus dibumbui dengan paduan rasa yang seimbang. Paduan rasa dalam menulis ini berhubungan dengan seni kita dalam menulis. Seni disini akan memberikan kesan agar pembaca hanyut ketika mereka membaca apa yang kita tuliskan.

Olah Kata
Salah satu tantangan terbesar bagi seorang penulis adalah merangkai kata. Kita memiliki begitu banyak ide namun tak tau apa kata-kata yang tepat untuk memulainya. Sehingga seringkali menulispun tidak kesampaian akibat merangkai kata yang sulit untuk dilakukan. Oleh karena itu, menulispun adalah bagian dari mengolah kata. Bagaimana caranya agar kata mudah kita temukan sehingga rangkaian kalimat terus berjalan dan menyambung antara satu dengan lainnya. Caranya yaitu perbanyaklah membaca tulisan orang lain yang berhubungan dengan apa yang kita tulis. Dengan membacanya kita akan menemukan kata-kata yang tepat tentang sebuah tema yang dikembangkan. Disamping itu agar kata-kata yang kita tuliskan bisa enak dibaca maka perhatikan juga jenis tulisan yang kita buat. Mengapa demikian, karena gaya bahasa setiap jenis tulisan itu berbeda. Sebagai contoh tulisan fiksi dan non fiksi itu tidak sama, dimana tulisan fiksi itu lebih cenderung mengalir begitu saja sedangkan non fiksi lebih tekesan kaku karena terpaku dengan aturan yang berlaku.

Olah Raga
Banyak manfaat yang akan dirasakan ketika kita rajin menulis. Salah satunya adalah kesehatan. Dengan menulis membuat otak kembali segar karena beban fikiran tersalurkan lewat sebuah tulisan. Sehingga tidak menumpuk di kepala begitu saja yang membuat beban fikiran semakin menyiksa. Disisi lain mengapa menulis itu dikatakan sebagai olah raga karena erat dengan sinergisitas antara kerja jemari, hati dan otak kita. Ketika tiga bagian ini tidak dijaga maka sebuah tulisanpun akan sulit kita  hasilkan. Lebih lanjut mengapa menulis itu dikatakan sebagai olahraga karena harus dilakukan dengan rutin. Jika tidak, menulis akan terasa begitu sulit. Tak ubahnya seperti kita berolahraga yang hanya dilakukan ketika maunya saja atau dalam kata lain tidak rutin. Maka yang kita rasakan bukanlah badan terasa segar melainkan akan terasa  sakit-sakit. Begitu juga dengan menulis yang tidak dilakukan secara rutin maka yang kita rasakan bukan menikmati melainkan terasa begitu terpaksa dan membuat otak terasa sakit.

Bengkalis, 27 Januari 2018
*Sumber gambar: Google

No comments

Powered by Blogger.