SANG PEMENANG : JANGAN BIARKAN ORANG LAIN MENGATUR DIRIMU
Oleh
Khairul
Azan
(Dosen STAIN Bengkalis & Ketua DPD GAMa Riau Kabupaten Bengkalis)
Alkisah pada suatu hari ada dua orang
sahabat yang sedang bepergian ke sebuah toko untuk membeli sepatu yang telah
lama mereka impikan. Singkat cerita sampailah mereka di toko yang dituju. Sesampainya
di toko tersebut sepertinya apa yang diharapkan tidak sesuai keinginan. Mereka
tidak dilayani dengan baik oleh sang penjaga toko. Wajah cemberut dan tidak
ramah membuat salah seorang dari sahabat tersebut (sahabat pertama) merasa jengkel
luar biasa. Ingin rasanya ia memarahi sang penjaga toko. Namun anehnya ketika
ia melihat teman yang satunya (sahabat kedua) sepertinya tidak terpengaruh
dengan tidak baiknya layanan yang diberikan oleh sang penjaga toko. Justru sahabat
kedua tersebut tetap sopan kepada sang penjaga dan menunjukkan bahwa ia tidak masalah
atas layanan yang diberikan.
Lalu bertanyalah sahabat pertama kepada sahabat kedua,
“mengapa kamu begitu sopan kepada penjual tersebut padahal dia begitu
menyebalkan?”. Lalu sahabat kedua menjawab. “Lho kenapa aku harus mengizinkan
dia menentukan caraku dalam bertindak? Kitalah sang penentu atas kehidupan
kita, bukan orang lain”. Karena sahabat pertama masih merasa jengkel maka
kembali muncul sanggahan seolah-olah tidak sependapat dengan apa yang dikatakan
sahabat kedua “tapi dia melayani kita
dengan buruk sekali”. Sekali lagi sanggahan sahabat pertama tersebut dimentahkan
oleh sahabat kedua dengan jawaban yang sederhana, “Ya, itu masalah dia. Dia mau
bad mood, tidak sopan, melayani dengan buruk, dan lainnya, toh itu tidak ada
kaitannya dengan kita. Kalau kita sampai terpengaruh, berarti kita membiarkan
dia mengatur dan mempengaruhi hidup kita. Padahal kitalah yang betanggungjawab
atas diri sendiri”. (kisah ini dimodifikasi dari cerita yang dimuat di laman IpinCow.com)
Banyak makna yang bisa kita petik dari penggalan cerita di
atas. Sehingga inilah alasan mengapa saya tertarik untuk mengutipnya. Karena kondisi seperti ini seringkali terjadi
dalam kehidupan kita. Memang terkesan sepele namun sikap yang demikian akan
merubah hidup kita masing-masing. Apa itu? Ya, “membiarkan orang lain mengatur
diri kita”. Kata mengatur ini mengarah pada pengaruh yang diberikan oleh orang
lain kepada kita. Tentunya pengaruh yang dimaksud bukanlah pengaruh dalam makna
positif. Jika positif itu sah-sah saja karena akan membangkitkan motivasi bagi
diri pribadi. Tetapi pengaruh disini adalah pengaruh negatif yang ditawarkan
orang lain, sehingga itu membelenggu diri untuk mampu bertindak.
Biarkan dia dan mereka seperti itu. Karena tidak ada
hubungannya dengan kita. Kita sendirilah
yang bertanggungjawab atas kebaikan yang harus kita lakukan. Jangan membalas dengan
lebih tidak sopan lagi ketika orang lain tidak sopan dengan kita. Jangan menjadi
orang yang tidak ramah lagi ketika orang lain tidak ramah dengan kita. Jangan menjadi
orang yang begitu pelit ketika orang lain pelit dengan kita. Tapi rubahlah itu
semua dengan sesuatu yang positif. Karena hidup itu hanya sebentar maka jangan
menunggu orang sopan dengan kita, barulah kita sopan dengan mereka. Jangan menungu
orang lain ramah dengan kita barulah kita ramah dengan mereka. Jangan menunggu
orang tidak pelit dengan kita, barulah kita tidak pelit dengan mereka.
Sekali lagi rubahlah itu semua. Jangan biarkan orang lain
mengatur diri kita. Karena jika ini terjadi kita tidak akan menjadi diri
sendiri dan sang pemenang sejati. Apa yang kita lakukan tak lebih hanya
menjalankan kehendak orang lain melalui parantara tubuh kita. Kita harus berdiri
dalam prinsip hidup yang kokoh. Jangan terbebani dengan bisikan orang lain kepada
kita. Jangan mempermasalahkan prilaku orang lain yang tak sejalan dengan apa
yang kita mau.
Semoga
bermanfaat.
Bengkalis, 30
Januari 2018
*Sumber
gambar: Google
No comments
Post a Comment