KETIKA AL – QUR’AN HADIR BERSAMAMU 7 : BERSYUKUR
Oleh
Khairul
Azan
(Dosen STAIN Bengkalis & Ketua DPD GAMa Riau Kabupaten Bengkalis)
“Barang siapa bertakwa kepada Allah maka Dia akan menjadikan jalan keluar baginya, dan memberinya rizki dari jalan yang tidak ia sangka-sangka, dan barang siapa yang bertawakkal kepada Allah maka cukuplah Allah baginya, Sesungguhnya Allah (Bebas) melaksanakan
kehendak-Nya, Dia telah menjadikan untuk setiap
sesuatu menurut takarannya”
(Q.S. Ath-Thalaq: 2-3)
Hari ini matahari begitu semangat
menerangi bumi sebagai salah satu bentuk kekuasaan Allah SWT Sang Maha Pemberi.
Burung-burung beterbangan untuk mencari makanan. Manusia sibuk kesana kesini
untuk menjemput rizki. Semua yang Allah berikan adalah nikmat yang ketika kita
mengitungnya maka tidak akan ada habisnya. Begitulah besarnya keagungan Allah SWT,
Tuhan semesta alam. Hanya saja kita sering lupa yang mengakibatkan pada
penyakit hati dan membuat kita durhaka kepada Allah yang telah menciptakan
kita. Seringkali kita menganggap Allah tidak adil karena kita tidak seberuntung
orang lain yang membuat kita tidak bersyukur. Padahal begitu banyak nikmat-Nya
yang telah kita gunakan, udara yang kita hirup setiap pagi menunjukkan kita
adalah orang yang beruntung karena masih diberikan kesempatan untuk hidup.
Bersyukur adalah
raja kehidupan agar hidup menjadi tentram dan nyaman. Kita tidak sibuk
membandingkan diri kita dengan orang lain. Kita tidak sibuk melihat kekurangan melainkan
selalu merasa beruntung dengan segenap kelebihan. Bersyukur memang berat untuk
dilakukan karena bukan hanya sekedar ucapan melainkan harus tertanam dalam hati
untuk menjadi insan yang mampu menerima segala keadaan. Baik senang maupun
susah. Orang yang bersyukur selalu melihat dari dua sisi yaitu ke atas dan ke
bawah. Ketika ia berada di atas maka janganlah lupa kepada Zat yang telah
memberi. Ketika kita berada di bawah maka janganlah membenci-Nya dan jangan
menganggap bahwa kita adalah orang yang paling tak beruntung. Jangan lihat ke
atas tapi lihatlah ke bawah masih banyak orang yang tak seberuntung kita. Hari ini
kita masih bisa makan dengan nasi dan lauk pauk seadanya, tapi lihatlah masih
banyak diantara saudara kita di luar sana menahan lapar karena tidak makan.
Pada suatu
hari ada sebuah cerita. Cerita ini mengisahkan tentang bapak yang berprofesi
sebagai tukang becak yang selalu nongkorng diperempatan jalan dan seorang bos
pemilik perusahaan terkenal. Bapak si tukang becak tersebut selalu mengeluh
dengan keadaanya ketika melihat si Bos melintas di depannya dengan menggunakan
mobil mewah nan nyaman “andai saja hidup
saya seperti si Bos itu pasti begitu indah dan menyenangkan”. Begitu juga
sebaliknya dalam waktu yang sama ketika melihat Bapak si tukang becak tersebut
si Bos yang sedang begitu banyak masalah yang menghimpitnya bergumam dalam hati
“seandainya saya bisa seperti Bapak
tukang becak itu dengan nyaman duduk di atas becaknya sambil menyeruput kopi
dan rokoknya seperti tanpa masalah, pasti hidup saya begitu indah dan
menyenangkan”.
Tidak bersyukurnya
seseorang diakibatkan penyakit yang tak pernah merasa puas atas apa yang
dimilikinya. Setelah ada sepeda motor ia ingin mobil, setelah ada mobil ia
menginkan mobil yang lebih mahal dari mobil sebelumnya, begitulah seterusnya. Itulah
manusia.
Bengkalis, 20
April 2018
*Sumber
gambar: Google
No comments
Post a Comment