INTEGRASI ILMU UMUM DAN ILMU AGAMA
Oleh
Khairul
Azan
(Dosen
STAIN Bengkalis & Ketua DPD GAMa Riau Kabupaten Bengkalis)
Ilmu
merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam sistem kehidupan manusia. Tanpa ilmu
manusia akan berjalan tak terarah dan menjalani kehidupan tak akan selaras
dengan fitrahnya sebagai mahkluk penguasa. Disamping itu keberadaan ilmu dalam
tatanan bernegara juga menjadi faktor utama yang menentukan maju tidaknya suatu
negara. Dengan demikian dapat dipahami bahwa ilmu itu sangat penting, melalui
ilmulah seseorang atau suatu negara akan bisa eksis di tengah peradaban dunia
yang menunut perubahan dalam segala sektor kehidupan manusia.
Keberadaan ilmu dalam perjalanan hidup manusia tidak
bisa ditawar-tawar lagi. Tapi tentunya ilmu yang dimaksud adalah ilmu yang berbasis
pada nilai-nilai universal yang diakui oleh masyarakat global. Mengapa demikian?
karena dengan nilai universal tersebutlah kita akan bisa bersaing di mata
dunia. Jika tidak, kita akan sering ketingalan dan terus tertinggal. Orang
sudah sampai ke langit kita masih tetap dibumi.
Agar bisa melahirkan manusia yang berwawasan global
maka kuncinya terletak pada sistem pendidikan. Sistem pendidikan harus
betul-betul dikelola dengan paradigma baru yang mengarah pada integrasi ilmu. Mulai
dari pendidikan dasar, menengah hingga pendidikan tinggi. Integrasi adalah
jawaban di tengah lemahnya wawasan masyarakat nusantara dalam menjadikan ilmu
sebagai jawaban segala persoalan. Seringkali kita berfikiran eksklusif namun
tidak mau inklusif. Akibat dari pola fikir seperti ini maka akan menyababkan
banyak orang yang menutup diri. Ia tidak
mau ikut perkembangan zaman yang menuntut selalu ada perubahan. Integrasi
seperti yang dikutip dari kamus bahasa Inggris merupakan kata serapan yaitu integrate; integration yang artinya menyatu-padukan atau penggabungan. Integrasi
keilmuan mengarah pada penyatuan ilmu umum dan ilmu agama.
Ini penting dilakukan karena saat ini masih ada yang
mendikotomikan kedua hal tersebut. Seolah-olah tidak ada kaitannya antara ilmu
umum dan agama. Akibat dikotomi tersebut muncullah ketimpangan yang memandang
ilmu umum berdiri sendiri dan ilmu agama berdiri sendiri. Masih ada pemikiran
yang menjauhkan diri dari sains, teknologi dan lain-lain sebagai tanda kemajuan
zaman yang tak bisa dihelakkan. Padahal semuanya
adalah satu, dimana sumbernya sama, yaitu dari Tuhan pencipta alam semesta sang
pemilik ilmu. Ilmu umum dan agama tidak bisa dipisahkan karena eksistensinya
sangat komplementatif.
Bengkalis, 15 Februari 2018
*Sumber gambar: Google
No comments
Post a Comment