LENTERA HATI 5 : MAKNA HIDUP DI BALIK SAJIAN KOPI YANG NIKMAT
Oleh
Khairul
Azan
(Dosen STAIN Bengkalis & Ketua DPD GAMa Riau Kabupaten Bengkalis)
“Kopi akan terasa nikmat untuk disedu ketika
keseimbangan kopi dan gula menyatu”
Kopi saat
ini menjadi minuman yang sangat digemari oleh sebagian besar orang baik tua
maupun muda. Disamping kopi memberikan aroma ketenangan ketika meminumnya kopi
juga menjadi sarana untuk memperkuat hubungan antara satu dengan lainnya. Sambil
ngobrol ringan, bencengkrama kopipun hadir ditengah-tengah kita.
Tahukah
kita bahwa kopi akan terasa nikmat dilidah ketika disajikan dengan takar gula
dan kopi yang seimbang. Ketika gula terlalu banyak maka rasa kopi tidaklah akan
enak dirasakan. Begitu juga sebaliknya ketika kopi terlalu banyak dan gulanya
sedikit maka rasa kopi juga tidak akan seperti yang diharapkan. Begitu juga
dengan kehidupan. Apa yang kita jalani haruslah seimbang.
Keseimbangan
dalam menjalani kehidupan mengarah pada dua hubungan yang tak terpisahkan. Pertama, hubungan kepada sang Pencipta dan kedua, hubungan dengan sesama manusia. Orang
yang sukses dalam hidupnya ketika tidak mengabaikan dua perkara yang dimaksud. Ia
menjaga hubungannya dengan Tuhan yang telah menciptakan dan ia juga menjaga
hubungannya dengan manusia sebagai yang makhluk yang berdampingan.
Keseimbangan
dalam hal ini juga mengarah pada tujuan hidup yang harus seimbang. Jangan terlalu
mengejar dunia namun lupa akan kehidupan akhirat. Jangan terlalu mengejar
akhirat tetapi lupa dengan kehidupan dunia yang diamahkan Tuhan sebagai sarana
memperoleh kehidupan akhirat yang kekal. Semuanya perlu keseimbangan.
Selain itu
apa makna lain yang bisa kita ambil dari perpaduan gula dan kopi sehingga
jadilah kopi yang nikmat. Yaitu, makna keikhlasan. Ikhlas itu seperti gula dan kopi. Gula larut
dan tak telihat dalam memberikan manfaat bagi segelas kopi. Gula selalu tak
dipandang walaupun telah memberikan rasa manis. Yang ada hanya selalu disalahkan. Gulalah yang
disalahkan ketika kopi terasa pahit karena gulanya terlalu sedikit. Gulalah yang
disalahkan ketika kopi terlalu manis karena gulanya yang terlalu banyak. Namun ketika
kopi dan gula ditakar dengan seimbang apa yang kita katakan “kopinya
mantap” tapi tak pernah memuji gula yang ikut andil dalam mantapnya
sajian kopi. Begitulah keikhlasan. Ikhlas itu tak menuntut untuk dipuji tentang
apa yang telah diberikan justru selalu menyembunyikan diri untuk terus
memberikan manfaat.
Bengkalis, 15
Januari 2018
*Sumber
gambar: Google
No comments
Post a Comment