GORESAN CINTA PENA 1 : ANTARA AKU, MENULIS DAN MEMBACA
Oleh
Khairul
Azan
(Dosen STAIN Bengkalis & Ketua DPD GAMa Riau Kabupaten Bengkalis)
“Ini memang tidak
mudah, namun kemudahan selalu ada dalam diri yang selalu berusaha”
Aku yakin sebagian besar
orang pasti ingin menjadi seorang penulis. Apalagi bagi kaum akademisi yang
berkecimpung dalam dunia intelektual. Tapi dari sekian banyak yang menginginkan
hanya sedikit yang menjadi kenyataan. Sehingga tak heran jika kita lihat
Indonesia saat ini masih lemah dari sisi pengembangan literasi.
Menulis itu sebenarnya
gampang-gampang susah. Kalimat ini juga pernah saya tulis dalam buku yang
berjudul “Aku Ingin Jadi Penulis : Kiat Menulis Bagi Pemula”. Gampang dalam
makna bahwa menulis itu akan terasa mudah ketika kita mau memulainya. Namun akan
terasa begitu berat ketika kita tidak mau mencoba. Inilah yang saya rasakan
ketika dulu memberanikan diri untuk mulai menggoreskan tinta di atas kertas
tanpa noda. Tapi perlahan rasa berat berubah menjadi kesenangan yang sekarang
telah menjadi kebiasaan. Alhamdulillah menulispun sekarang menjadi rutinitas
setiap hari yang nyaris tak pernah berpaling untuk mengingkari. Menulispun menjadi
teman sejati. Ketika senang ia selalu ada dan ketika susahpun ia selalu setia.
Ada tiga sisi yang harus
dilakukan agar bisa menjadi penulis bagi pemula. Dimana ketika itu dilakukan
maka menjadi seorang penulispun bukanlah sesuatu yang mustahil kita wujudkan. Apa
itu? yaitu: aku, menulis dan membaca. Pertama,
aku. Kata aku dalam pandangan ini merujuk pada sikap pribadi dalam
menginginkan sesuatu. Jika ingin menjadi penulis ya kita harus punya motivasi
dulu untuk mewujudkannya. Motivasi ini bersifat instrinsik (dalam) yang
tertanam di dalam diri. Memang ia tidak terlihat namun ia bisa menggerakan
segala organ tubuh manusia untuk melangkah sampai tujuan. Lalu muncul
pertanyaan bagaimana menumbuhkan motivasi menulis. Caranya mudah belajarlah
dari orang-orang yang telah memiliki karya. Dengan belajar dari mereka secara
tidak langsung motivasi di dalam diri juga akan dimiliki. Dengan demikian dapat
dikatakan menulis tidak akan terjadi ketika tidak ada kemauan di dalam diri. Kemauan
untuk bisa dan kemauan untuk berkarya.
Kedua, menulis. Nah pada sisi inilah kesungguhan kita diuji. Apakah keinginan
kita hanya sebatas impian belaka tanpa bukti atau betul-betul menulispun bisa
terjadi. Ketika motivasi telah dimiliki jangan tunggu lama, ambillah pulpen dan
kertas, atau laptopmu masing-masing, mulailah menulis. Mengapa demikian karena
motivasi itu tak ubahnya seperti ombak yang terkadang begitu garang tapi akan
hilang ketika angin tak lagi kecang. Oleh karena itu manfaatkanlah motivasimu
yang sedang menggebu agar menghasilkan karya yang ditunggu-tunggu. Ketika itu
dilakukan lihat dan rasakanlah hasilnya, motivasimu akan bertambah karena rasa
percaya diri tentang kemampuan menulispun sudah menjadi nyata. Nyata bahwa aku
bisa menulis dan bisa merangkai kata.
Ketiga, membaca. Menulis tanpa membaca akan terasa berat untuk
mengeluarkan kata-kata. Dengan membaca kita bisa menemukan ide untuk menuliskan
sesuatu yang kita angap perlu. Disamping itu dengan membaca juga membuat
wawasan kita semakin luas dan itu akan menentukan tulisan yang berkualitas. Bacalah
apa saja itu. Baik buku cetak yang kita beli di toko-toko buku atau artikel yang
dipublish di media-media online. Kalau bisa membacalah setiap hari, jam
istirahat, diperjalanan atau menjelang tidur dimalam hari. Dengan seringnya
kita membaca akan merangsang otak untuk lebih maksimal dalam bekerja. Bekerja
menyimpan sejuta ide sebagai bahan tulisan yang hendak kita ikat.
Inilah sekilas catatan
pribadi tentang pengalaman menulis. Semoga bermanfaat dan menginspirasi para
penulis. Aminnn..
Bengkalis, 20 Januari 2018
*Sumber gambar: Google

No comments
Post a Comment