SUKSES : MEMBANGUN RELASI
Oleh
Khairul
Azan
(Dosen STAIN Bengkalis & Ketua DPD GAMa Riau Kabupaten Bengkalis)
Zaman
sekarang ini pintar (otak) saja tidak cukup, namun orang yang pintar-pintarlah (multiple intellegence) yang akan
berhasil dalam hidupnya. Mengapa demikian? Karena orang yang pintar-pintar
sadar betul bahwa kesuksesannya bukan hanya karena kecerdasan otak yang
dimiliki melainkan juga ditunjang oleh kecerdasan lain yang seringkali sebahagian
orang melupakannnya. Banyak orang diluar sana yang otaknya sangat cerdas namun
seringkali tak mampu mewujudkan mimpi mereka masing-masing sehingga terkesan
kepintarannya tidak berfungsi apa-apa. Banyak para mahasiswa diluar sana ketika
kuliah ia memiliki IPK yang tinggi namun seringkali tak mampu mewujudkan mimpi
setelah masa perkuliahannya diakhiri. Mengapa itu bisa terjadi? Ya, jawabannya
karena ia tak mampu membangun “relasi”.
Relasi
sangat penting dalam menunjang kesuksesan seseorang. Hubungan relasi dengan
kesuksesan tak ubahnya seperti mulut dan tangan. Dimana ketika mulut ingin
memakan sesuatu maka muncullah tangan untuk membantu. Meskipun kedua organ
tubuh tersebut berbeda namun ia tetap seia sekata. Begitulah kesuksesan
seseorang dimana kita pasti membutuhkan orang lain. Dengan adanya relasi yang
banyak maka akan mempermudah kita untuk mencapai sebuah mimpi besar. Bahkan
dalam agama Islam sendiri dijelaskan melalui sebuah hadist yang artinya “barang siapa yang ingin dilapangkan rizkinya
dan dipanjangkan umurnya, maka hendaklah ia menyambungkan tali silaturahim”.
Begitu pentingnya
membangun relasi. Bahkan aku sendiri pernah mengalaminya. Dulu aku pernah berangan-angan
suatu saat bisa bekerja di kementerian yang ada di Jakarta. Mungkin ini bukan
hanya mimpiku saja barangkali sebagian besar orang juga menginginkannnya. Apalagi
bagi orang-orang yang tinggal di daerah jauh dari jantung Ibu Kota seperti kita.
Tentunya suatu yang luar biasa ketika kita mampu mewujudkannya.
Singkat
cerita ternyata mimpi yang pernah disemaikan dalam diri benar-benar terwujud. Mimpi
itu mulai menjadi nyata pada tahun 2012 disaat aku melanjutkan studi di salah
satu perguruan tinggi di Bandung. Sambil kuliah aku juga bekerja di salah satu
kementerian yang ada di Jakarta (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan). Bahkan
denagn bekerja di kementerian tersebut membuatku bisa mengelilingi Indonesia untuk
melihat pesona nusantara yang luar biasa secara gratis, hanya saja berakhir
ketika aku memutuskan untuk kembali kedaerah pada tahun 2015.
Banyak
diantara teman-teman sekelas pada saat itu bertanya-tanya mengapa aku bisa
menembusnya. Padahal tidak sedikit dari teman-teman yang aslinya adalah orang
bandung sendiri sulit sekali mendapatkanya meskipun jarak antara Bandung dan
Jakarta sangat dekat sekali yang kurang lebih hanya memakan waktu tiga jam
jika kita menggunakan Kereta Api. Lalu
mengapa aku bisa. Bahkan aku adalah perantau yang tak punya sanak famili yang
bekerja di kementerian dimaksud. Ya, sekali lagi jawabanya karena relasi yang
ku bangun.
Tak hanya
itu, contoh lain hubungan relasi dan kesuksesan yaitu ketika aku masih duduk
dibangku sekolah menengah pertama. Dulu aku memiliki teman, dia tidaklah pintar
dari sisi otaknya namun yang membuatku salut semasa itu yaitu dia memiliki teman
dimana-mana. Bahkan ketika aku melanjutkan kuliah ia lebih memilih untuk
bekerja. Tapi apa yang terjadi meski pendidikannya tidaklah tinggi namun sekarang
aku mendengar kabar bahwa ia telah berjaya. Yang lebih mengejutkan lagi bahwa
ia seringkali berpindah pekerjaan dan rata-rata pekerjaan barunya selalu berada
pada posisi strategis. Semua itu tidak terlepas dari relasi yang dibangunnya
semasa sekolah dan terus berlanjut tanpa dibatasi masa. Karirnya melejit. Aku banyak
belajar dari perjalanan hidupnya.
Sekali lagi
relasi itu sangat penting. Tapi perlu diingat membangun relasi itu tidak mudah,
butuh kejujuran dan kepercayaan. Kejujuran dan kepercayaan adalah rumus jitu
dalam membangung sebuah relasi. Membangun relasi tak ubahnya seperti membangun
sebuah rumah. Dimana kejujuran dan kepercayaan adalah pondasinya. Ketika jujur
tidak dimiliki maka kepercayaanpun tidak akan terjadi, dan ketika kepercayaan
sudah tidak ada maka jangan berharap orang akan mau memberikan amanah kepada
kita.
Semoga
bermanfaat.
Bengkalis, 24
Desember 2017
*Sumber
gambar: Google
No comments
Post a Comment