MENULIS ITU MUDAH NAMUN JANGAN DIPERMUDAH
Oleh
Khairul
Azan
(Dosen STAIN Bengkalis & Ketua DPD GAMa Riau Kabupaten Bengkalis)
Saatnya malam ini aku kembali kepada buku. Ini
dilakukan mengingat begitu banyaknya rutinitas diwaktu siang yang membuat
membacapun menjadi berkurang. Oleh karena
itu meskipun lelah namun membaca perlu dipaksa setiap pulang kerja. Malam ini giliran buku tentang menulis yang
hendak ku baca. Disamping untuk menambah ilmu, ini juga dilakukan guna
menemukan ide tentang beberapa sub judul yang hendak dituntaskan sebagai bahan
buku soloku yang segera diterbitkan. Karena aku sadar bahwa menulis tanpa
membaca adalah sia-sia. Mengapa demikian?, karena tanpa membaca ide akan sulit
ditemui dan kata-kata akan terkunci. Dengan membaca membuat wawasan semakin
luas dan berfikir kitapun menjadi tanpa batas.
Ada yang menarik setelah
membaca salah satu tulisan dari buku yang kubaca malam ini, yaitu karya Bapak
Agung Kuswantoro yang mengatakan “menulis adalah sebuah pekerjaan mudah, tapi
jangan dipermudah. Mudah karena sebenarnya tiap orang pasti bisa menulis.
Jangan dipermudah! Sikap inilah yang muncul dari orang yang meremehkan
pekerjaan menulis. Karena menganggap mudah, justru ia tidak menulis”.
Kutipan di atas adalah
fakta bahwa menulis itu tidak sulit bagi yang mau mencoba. Namun akan terasa
sulit bagi yang hanya banyak bicara namun tak pernah menuliskannya. Rajin
mencoba maka akan menghasilkan sebuah karya. Mengapa demikian?, karena mencoba
adalah bagian dari menulis yang tak bisa dipungkiri. Orang yang hari ini terus
mencoba menulis maka akan mempermudahkannya untuk menulis kembali di esok hari.
Begitulah seterusnya. Namun kalau hari ini kita tidak mencoba maka menulis
tidak akan pernah terjadi dan akan hanya menjadi sebuah obralan kata yang tak
bermakna dan sering ditakuti.
Kesulitan untuk menulis
bukan karena ia tidak mampu, tetapi karena strategi dalam menulis yang belum dipelajari.
Banyak orang yang ingin menulis namun tak pernah bisa menulis disebabkan karena
terlalu memaksa otak diawal menulis. Memaksa otak diwal yang dimaksud disini
adalah belum apa-apa sudah memikirkan teori mana yang memperkuat tulisan dan
menginginkan karya perdananya sempurna layaknya para penulis yang telah
melanglang buana.
Ini adalah pemahaman
keliru. Ingat! Kita masih penulis pemula yang sedang mencari pola. Pola dalam
menulis, pola dalam mengembangkan ide dan pola dalam merangkai kata. Oleh
karena itu bagi penulis pemula jangan fikirkan teori dulu yang membuat otak
menjadi beku. Namun menulislah sesuatu yang mudah dan tak perlu analisa tingkat
tinggi berdasarkan teori. Contohnya menulis tentang apa yang diamati,
dirasakan, dilihat dan ditemukan. Dari mana itu bisa kita dapatkan yaitu dari
kehidupan yang kita jalani. Semua yang kita amati, rasakan, lihat dan ditemukan
adalah bahan yang bisa kita tuliskan.
Model tulisan seperti ini sering disebut dengan tulisan bebas (free wrting).
Lakukan ini secara
berulang kali. Ketika telah menghasilkan satu tulisan maka menulislah kembali
selagi kita ada kesempatan. Begitulah seterusnya sampai kita merasakan tak lagi
sulit untuk menemukan ide dan merangkai kata. Setelah proses ini dilalui maka
agar tulisan kita terkesan ilmiah barulah merambah kepada tulisan yang butuh
analisa ekstra yang didasarkan pada teori dan logika. Lakukan itu secara
istiqomah dan disiplin. Jangan cari alasan ketika hari ini kita tidak menulis.
Namun berupayalah menjauhi alasan tidak menulis dengan cara memikirkan
bagaimana hari ini kita tetap bisa menulis dan menulis lagi. Jika ini dilakukan
maka lihatlah hasilnya. Menulis akan jadi kebutuhan yang tak lagi sulit untuk
mewujudkan.
Inilah sekilas catatan
pribadi tentang pengalaman menulis. Semoga bermanfaat dan menginspirasi para
penulis. Aminnn..
Bengkalis, 8 Desember 2017
*Sumber gambar: Google
No comments
Post a Comment