KAIN SONGKET BUKIT BATU: PENGUAT TIANG-TIANG KEBUDAYAAN LOKAL
Oleh
Khairul
Azan
(Dosen STAIN Bengkalis & Ketua DPD GAMa Riau Kabupaten Bengkalis)
Provinsi
riau merupakan provinsi yang kaya akan ragam budaya di dalamnya. Salah satu
lumbung kebudayaan Provinsi Riau terdapat di Kabupaten Bengkalis sebagai Kabupaten
tertua dibandingkan dengan Kabupaten lainnya. Sebagai kabupaten tertua tak
salah kiranya jika di Kabupaten ini menyimpan begitu banyak adat resam budaya
yang masih terbungkus rapi karena tak pernah muncul dipermukaan untuk dikembangkan
sebagai aset daerah. Mulai dari peninggalan bersejarah, tradisi adat yang masih
terjaga dan Kain Songket yang menjadi ciri khas sebagai pakaian adat Melayu
Riau juga ada di Kabupaten ini. Salah satunya adalah tenunan kain songket Bukit
Batu yang bernama “Tenun Lejo”.
Tenun
Lejo adalah kerajinan tangan yang dihasilkan oleh salah
seorang warga Bukit Batu yang bernama
Halimah. Ibu Halimah adalah penggiat
tenun yang berdomisili di Bukit Batu. Bukit Batu adalah salah satu desa yang
terletak di Kecamatan Bukit Batu Kabupaten Bengkalis yang kaya akan potensi
daerah. Daerah ini juga dikenal orang dengan julukan Laksama Raja Dilaut seperti
yang didendangkan oleh penyanyi dangdut tersohor di Ibu Kota “Iyet Bustami”, sebagai putri kelahiran bumi Langcang
Kuning yang berprestasi. Lakmana Raja di Dilaut adalah seorang Laksamana yang
menjaga pesisir pantai Selat Malaka sewaktu kejayaan Kerajaan Siak. Konon
ceritanya dari data yang diperoleh ada empat orang Laksamana yang berkuasa di Bukit
Batu ini yaitu Datuk Ibrahim, Datuk Khamis, Datuk Abdullah Shaleh dan Datuk Ali
Akbar. Dengan nama-nama Laksamana tersebutlah membuat Bukit Batu dikenal orang dimana
makamnya sekarang menjadi salah satu objek wisata sejarah di Kabupaten Bengkalis.
Tenun
lejo adalah tenunan kain Songket. Nama Songket berasal
dari kata “Sungkit” yang berarti “mencungkil” yang terdapat juga proses “mengait”.
Kedua proses tersebut (menyungkil dan mengait) adalah proses utama dalam
menenun sebuah kain. Bahan dasar Songket pada awalnya adalah terdiri dari benang
Sutra dan diselingi dengan motif yang berasal dari benang emas dan perak. Namun
dalam perkembangannya Sutra sulit untuk ditemukan dan harganya mahal maka benang
Sutra berubah menjadi banang kapas. Namun motif dari benang emas dan peraknya
masih tetap ada.
Secara umumnya Kain Songket asal bukit batu ini sama
dengan yang dihasilkan oleh daerah-daerah lain yang ada di Pronvinsi Riau. Namun
secara khusus tetaplah berbeda. Kain Songket hasil dari karya Tenun
Lejo memiliki keunggulan tersendiri dengan ragamnya motif yang
ditawarkan. Keberagaman motif yang ditawarkan membuat Kain Songket Bukit batu
ini menjadi keunggulan dan daya tarik
tersendiri.
Harga satuan dari kain songket ini berkisar mulai
dari Rp. 350 ribu rupiah hingga mencapai Rp. 1 juta rupiah. Namun berbeda jika
kain songket ini dipesan untuk paket pernikahan maka harganya lebih mahal
mencapai Rp. 4 juta hingga Rp. 5 juta. Variasi harga yang ditawarkan
disesuaikan dengan tingkat kesulitan, waktu pengerjaan dan motif yang diminta.
Kain Songket Bukit Batu adalah penguat tiang-tiang
budaya lokal yang ada. Dengan adanya kain Songket akan memperkokoh jati diri
sebagai bangsa yang berbudaya. Kain Songket memiliki keunikan dan kaya akan
keindahan serta estetika sebagai gabungan unsur-unsur budaya yang melambangkan
corak, cara pandang dan pemikiran masyarakat Melayu dalam menjaga hubungan
manusia dengan alam, manusia dengan manusia dan manusia dengan Tuhannya.
Namun sayangnya saat ini sulitnya pemasaran membuat tenun ini masih jalan ditempat. Oleh karena itu saatnyalah kita memperomosikan apa yang kita miliki agar menjadi kekuatan bagi daerah dan bangga dengan karya sendiri agar para penggiat tidak hilang ditelan terpaan ekonomi yang menantang.
Semoga bermanfaat.
Bengkalis, 3 Desember 2017
No comments
Post a Comment