MENULIS: SEBUAH MINI RISET KEHIDUPAN
Oleh
Khairul
Azan
(Dosen STAIN Bengkalis & Ketua DPD GAMa Riau Kabupaten Bengkalis)
Salah satu impian terbesarku saat ini adalah
bagaimana carannya apa yang aku rasakan tentang indahnya menulis suatu saat juga
bisa dirasakan oleh orang lain. Minimal teman-temanku ditempat kerja. Oleh karena
itu demi mewujudkannya mulailah aku membuat pergerakan dikampus tempatku berkerja
dengan tujuan untuk berbagi sedikit ilmu dan pengalaman. Pergerakan tersebut
berujung dengan terbentuknya sebuah group kecil-kecilan tentang menulis. Group tersebut
kami beri nama “Dosen Berkarya”. Saya berharap group ini nantinya
menjadi corong lahirnya para penulis-penulis muda yang datang dari Kota terubuk
Negeri Junjungan yakni Kabupaten Bengkalis. Ini adalah rasa opitimis yang luar
biasa saya rasakan melihat begitu besarnya potensi teman-teman dalam
kepenulisan.
Alhamdulillah usahaku
tidak sia-sia. Meskipun masih terhitung baru pasca terbentuknya group Dosen
Berkarya ini namun semangat teman-teman luar biasa. Satu persatu mulai tumbuh. Dari
tidak berani menulis menjadi berani menulis. Dari rasa PD yang tidak ada
menjadi berubah untuk mulai menuliskan kata-kata. Dari hanya sekedar bercerita
namun beralih menjadi sebuah realita. Ya, ini adalah sinar mutiara yang masih
terpendan di dasar laut yang paling dalam. Sampai saatnya mutiara itu akan muncul
kepermukaan dengan memancarkan cahayanya sebagai benda yang sangat berharga
yaitu “Karya”.
Karya tulis adalah mutiara
kehidupan yang sangat mahal harganya. Dengan menulis kita mampu merubah
paradigma orang lain, dan dengan menulis kita bisa merubah dunia. Satu kata yang
kita keluarkan adalah maka akan berdampak pada ribuan orang diluarsana. Inilah
energi dari sebuah tulisan.
Menulis itu pada dasarnya
adalah memaparkan sebuah mini riset kehidupan. Apa yang kita lihat, apa yang
kita temukan dan apa yang kita rasakan adalah bahan mentah suatu ilmu
pengetahuan. Hanya saja namanya barang mentah tentu perlu dimasak terlebih
dahulu agar ia menjadi sesuatu yang bermanfaat dan bisa disajikan. Cara terbaik
dalam memasak barang mentah tersebut adalah dengan cara menulis. Mengapa demikian
karena ketika kita menulis maka apa yang kita lihat, apa yang kita temukan dan
apa yang kita rasakan tidak ujuk-ujuk dituliskan begitu saja melainkan ada
proses filterisasi terhadap sampah-sampah yang kita peroleh.
Proses filterisasi tersebut
menggunakan perangkat lunak yaitu akal sebagai kekuatan manusia. Dengan akal akan
bisa menyaring sesuatu yang terkesan tidak bernilai akan menjadi sesuatu yang
bermakna. Dalam proses filterisasi ada kegiatan analisa dan ada kegiatan
memilih dan memilah data. Proses analisa, memilih dan memilah tersebut akan
bermuara pada proses penyajian data yaitu jadilah sebuah tulisan yang siap
dibaca oleh orang lain. Dimana dalam tulisan yang kita sajikan pasti adanya pesan
yang hendak disampaikan oleh seorang penulis. Pesan yang disampaikan itulah
ilmu yang harus dihargai meskipun itu hanya sekecil debu. Begitulah dalam
menulis. Meskipun terkesan sederhana namun kaya akan makna. Makna yang sering
terlupakan tentang cara menemukan sebuah ilmu pengetahuan.
Inilah sekilas catatan
pribadi tentang pengalaman menulis. Semoga bermanfaat dan menginspirasi para
penulis. Aminnn..
Bengkalis, 27 November
2017
*Sumber gambar: Google
No comments
Post a Comment