MENULIS DAN MANAJEMEN WAKTU
Oleh
Khairul
Azan
(Dosen STAIN Bengkalis & Ketua DPD GAMa Riau Kabupaten Bengkalis)
“Jangan
menunggu; tidak akan pernah ada waktu yang tepat. Mulailah di mana pun anda
berada, dan bekerja dengan alat apapun yang anda miliki. Peralatan yang lebih
baik akan ditemukan ketika anda melangkah”. – Napoleon Hill
Hal yang paling berat dalam
menulis adalah keberanian untuk mulai menulis. Seringkali alasan demi alasan
kita lontarkan agar menutupi diri dari kemalasan bukan ketidakmampuan. Mengapa
saya katakan “kemalasan bukan ketidakmampuan”, karena pada dasarnya kita semua
punya kemampuan namun kemampuan tak kunjung muncul dipermukaan karena terlebih
dahulu dibunuh dengan rasa malas yang menjadi beban. Alasan menjadi temeng akibat
malas yang ada di dalam diri. Ada yang beralasan karena faktor pekerjaan yang
begitu banyak, waktu yang tidak ada dan keluarga yang menuntut untuk
diprioritaskan. Ya, itu benar sekali semua orang punya kesibukan masing-masing.
Namun kesibukan bukan berarti kita tidak punya peluang untuk tetap berkarya.
Sekarang kita tidak akan menyesal namun beberapa tahun kedepan barulah terasa
dan menyesal ketika kita tidak punya karya nyata. Karya akan hidup selamanya
sementara kesibukan tidak akan ada hentinya selagi nyawa masih dikandung badan
ia akan terus berjalan. Ini berarti jika ingin punya karya maka mulailah dari
sekarang bukan esok dan seterusnya.
Peluang tidak akan
menunggumu melainkan ia akan hilang seiring perjalanan waktu. Ketika hari ini
kita tidak berani mencoba maka selamanyalah keinginan untuk memiliki sebuah
karya akar terkubur ditelan masa. Karena tidak ada yang menjamin apakah kita hidup selamanya
atau sebaliknya. Tidak ada yang menjamin hari esok akan lebih longgar dari hari
ini, dan tidak ada yang menjamin hari esok kita akan baik-baik saja bila dibandingkan
dengan hari ini.
Oleh karena itu manfaatkanlah
peluang yang ada guna mencapai sebuah cita-cita dalam berkarya. Jangan menunggu
namun mulailah lakukan itu. Orang yang selalu menunggu hanya akan hidup dalam penjara
waktu yang semu. Waktunya penuh akan tanda tanya tentang apa yang telah
dilakukan agar kelak menunjukkan bahwa ia pernah ada. Ingatlah bahwa hidup ini
terlalu singkat jika hanya diisi dengan menunggu dan menunggu waktu yang terus
mengikat.
Menulis penuh akan
pembelajaran diri tentang hakikat manajemen waktu yang dijaga di dalam diri. Waktu
tidak akan pernah cukup melainkan kitalah yang perlu mencukupkannya. Waktu
tidak akan pernah tepat melainkan kita sendirilah yang menepatkannya. Menulis
itu penuh dengan analisis waktu. Orang yang rajin menulis ia selalu
memanfaatkan waktu untuk bisa menulis dan menulis lagi meskipun disisa-sisa
penghujung kesibukan kita yang tak bisa
ditoleransi.
Inilah yang saya lakukan.
Kita sama-sama punya kesibukan namun kesibukan, sekali lagi bukanlah alasan
untuk kita tidak bisa menulis. Barangkali teman-teman bertanya-tanya mengapa
saya bisa menulis setiap hari walaupun itu hanya 1 sampai 3 halaman yang saya
hasilkan. Bisa jadi ada yang beranggapan bahwa saya tidak ada kerjaan lain
sehingga menulispun bisa saya lakukan. Jika itu anggapannya maka saya katakan
itu salah besar. Melainkan saya sama dengan teman-teman diluar sana yang punya
kesibukan masing-masing. Saya menulis itu ada empat waktu. Pertama, dimalam hari ketika pulang
kerja. Kedua, pagi hari
sebelum jam kerja. Ketiga,
saat jam istirahat kerja. Keempat,
disaat berakhirnya jam kerja.
Empat waktu di atas adalah
waktu dimana saya mencuri 15 hingga 30 menit untuk menulis. Tapi jangan
dibayangkan keempat waktu tersebut secara konsisten saya isi terus, tidak.
Melainkan cukup satu karya atau dua dalam satu hari dengan memanfaatkan salah
satu dari empat waktu yang tersedia. Ketika saya tidak bisa menulis dimalam
hari maka saya manfaatkan waktu dipagi hari untuk bisa menulis. Maka tidak
heran jika orang pada umunya datang ketempat kerja rata-rata pukul 7.30 maka saya
paksakan diri untuk datang lebih awal dari waktu yang ditentukan. Dengan tujuan
agar bisa menulis diawal waktu sebelum masuk kerja. Begitu juga selanjutnya
jika dipagi hari saya tidak bisa menulis maka saya manfaatkan waktu istirahat
kerja yaitu pada pertengahan hari. Bahasa sederhanya ketika orang lain sedang
beristirahat maka disaat itu saya gunakan untuk menghasilkan sebuah karya yang
bermanfaat. Lalu bagaimana halnya jika jam istirahat saya tidak bisa manfaatkan
untuk menulis karena ada pekerjaan mendadak yang perlu diselesaikan sehingga
menyita waktu istirahat maka saya harus paksakan diri untuk menulis disaat jam
kerja telah berakhir. Sehingga seringkali saya datang lebih awal dan pulang
lebih belakangan. Semunya itu saya lakukan hanya untuk bisa menulis dan terus
menulis. Sampailah malam harinya jika
disaat jam kerja berakhir saya tetap juga bisa menulis, maka malam hari saya
manfaatkan untuk menulis sebagai pengantar lelapnya tidur.
Inilah sirkulasi waktu
yang saya lakukan setiap harinya gara bisa menulis dan terus menulis. Mungkin terihat
dipaksakan atau apalah namanya numun itu adalah realita yang saya lakukan
ketika ingin menulis secara istikomah. Alhamdullah saat ini setiap hari tidak
ada istilah tidak menulis. Kenapa itu saya lakukan karena saya yakin bahwa kesungguhan dan kerja keras tidak
akan menyalahi hasil yang akan saya dapatkan.
Inilah sekilas catatan
pribadi tentang pengalaman menulis dalam mengejar sebuah mimpi. Semoga
bermanfaat dan menginspirasi para penulis. Aminnn..
Bengkalis, 28 November
2017
*Sumber gambar: Google
No comments
Post a Comment