CARA MERAWAT KOMITMEN MENULIS
Oleh
Khairul
Azan
(Dosen STAIN Bengkalis & Ketua DPD GAMa Riau Kabupaten Bengkalis)
Menulis itu mudah tapi marawat untuk tetap konsisten
dalam menulis itu yang paling susah. Saya dulu pernah bergabung di komunitas
menulis diberi nama Small Intensive Class
(SIC) yang digagas oleh
teman-teman seorganisasi Forum Komunikasi Sekolah Pascasarjana Universitas
Pendidikan Indonesia Bandung ketika kuliah disana. Bahkan kami sempat
menyelesaikan tiga judul buku selama aktif di organisasi. Namun karena masa
kepengurusan dan kuliahpun selesai komunitas tersebut hanya sampai disana saja
tidak berlanjut ketika kami telah selesai kuliah. Semunya ambil haluan
masing-masing. Semenjak itu saya fakum untuk menulis hingga saat ini pada tahun
2017 baru saya menemukan kembali komunitas yang sangat luar biasa yaitu Group
Dosen Menulis. Dari sini saya berkomitmen untuk terus menulis agar masa lalu
tidak terulang kembali.
Ada beberapa catatan kecil
bagi saya ketika ingin memulai dan merawat komitmen dalam menulis. Ini penting
dilakukan karena seperti yang saya katakan pada bagian sebelumnya percuma kita
menulis beribu-ribu halaman pada satu hari namun untuk esoknya kita tidak lagi
pernah menggoreskan tinta atau membuka laptop untuk menulis dan menulis lagi. Oleh
karena itu merawat komitmen merupakan kunci kesuksesan bagi seorang penulis
sejati. Ada beberapa hal yang saya fikir ini juga termasuk dalam beberapa cara
merawat komitmen, yaitu: 1) Sedikit-sedikit,
lama-lama menjadi bukit, 2) Buat target, 3) Cari komunitas yang saling menyemangati, 4)
Cari komunitas yang saling menyemangatt, 5) Paksakan diri.
Sedikit-sedikit,
lama-lama menjadi bukit
Penulis yang baik itu
seperti pepatah lama mengatakan “sedikit-sedikit,
lama-lama menjadi bukit”. Pepatah ini cocok kiranya bagi penulis pemula
yang ingin memulai karirnya sebagai penulis produktif. Mulailah menulis satu
alinea lanjut menjadi paragraf dan sampai menjadi halaman, begitulah seterusnya.
Sehingga otak kita terlatih untuk menulis karena tidak semerta langsung
dihadapkan dengan sesuatu yang berat. Ikuti saja alur fikiranmu, biarkan ia
melanglang buana. Tulis dan tulis itulah tugas kita.
Buat
target
Agar komitmen menulis bisa
dirawat maka target yang jelas dalam menulis juga harus ditanamkan. Seperti kita
ingin membeli sebuah mobil karena harganya yang mahal maka kita mengumpulkan
uang selama 2 tahun agar bisa membeli mobil sebagai target kita. Agar bisa
membeli mobil maka kerja keras untuk mengumpulkan uang juga harus disertai. Begitu
juga dalam menulis kalau menulis tidak punya target maka yang terjadi adalah
tulisan kita akan kabur kemana-mana. Buatlah target menulis satu tahun saya
ingin menerbitkan buku berapa judul dan seterusnya.
Cari
komunitas yang saling menyemangati
Seperti yang saya alami
sebelumnya kehadiran komunitas itu sangat berarti dalam kemampuan kita untuk
menulis. Carilah komunitas yang saling menyemangati bukan saling iri karena
ketidakmampuannya dalam menulis. Carilah komunitas yang mampu memotivasi antara
satu dengan lainnya. Dengan begitu kita akan kaya tentang pengetahuan menulis
karena bisa jadi mereka yang tergabung dalam komunitas tersebut juga punya
potensi yang berbeda bisa jadi tidak ada pada diri kita. Disinilah prinsip simbiosis
mutualisme akan terjadi “Aku bisa maka dia juga layak bisa untuk menulis dan
terus menulis”.
Paksakan
diri
Menulis itu kadang-kadang
mut-mutan. Oleh karena itu penulis juga harus dipaksakan. Jika tidak, maka kita
akan terlena dengan kelonggaran waktu yang ada bahkan alasan kesibukan juga
menjadi faktor utama yang selalu diobral dalam ketidakmampuan untuk menulis. Padahal
menulis itu jika kita tau triknya tidak butuh waktu lama untuk menghasilkan
sebuah tulisan. Bisa 10 menit, 20 menit dan paling lama 30 menit. Tapi paksakan
diri untuk terus menulis setiap hari. Lakukan itu secara istikomah jangan cari
alasan A, B atau C. Kalau terlalu banyak alasan maka menulis tidak akan
jadi-jadi.
Inilah pengalaman pribadi
dalam menulis, semoga bermanfaat bagi kita semua. Aminnnnnn....
*Sumber gambar: Google
No comments
Post a Comment