MENULIS ITU MENGUJI KESETIAAN CINTA
Oleh:
Khairul
Azan
(Dosen STAIN Bengkalis & Ketua DPD GAMa Riau Kabupaten Bengkalis)
Semuanya telah berlalu bagaikan ombak menyapu pasir
di tepian pantai yang indah. Satu persatu dilewati dan sampailah pada sebuah
kondisi seperti yang dirasakan saat ini seolah-olah kehidupanku berubah 180
derajat. Yang dulunya tidak menyukai namun kini berbalik arah. Dulunya tidak menjadi
kebiasaan sekarang menjadi sesuatu yang harus ditekuni bahkan telah menjadi bagian
dari kebutuhan hidup pribadi yaitu “menulis”.
Menulis adalah kebiasaan
baruku saat ini. Entah sampai kapan ini berakhir namun tekad dalam diri sebelum
ajal menjemput goresan tinta di atas kertas tanpa noda tidak akan pernah berhenti.
Disamping mengajar dan urusan kantor sebagai prioritas utama, hari-hariku di diisi
dengan menulis dan menulis lagi. Dimana dan kapan saja. Ketika ada waktu luang
sedikit saja, kertas, pulpen, laptop, dan buku menjadi teman setia yang tak
pernah berkhianat untuk menemaniku menuliskan kata demi kata dalam rangkaian
kalimat indah. Bahkan ketika bagun dipagi hari yang terpikirkan pertama kalinya
adalah “aku ingin menulis apa hari ini”.
Ya, begitulah kehidupanku
saat ini. Meskipun badan terasa lelah karena kesibukan di tempat kerja namun
tidak menyurutkan tekad untuk kembali menulis sehabis pulang kerja. Menjelang tidur,
malamku diisi dengan menulis yang ditemani secangkir kopi hangat, alunan musik
relaxasi, buku, kertas, pulpen dan laptop jadul membuat malam terasa lebih
indah sehingga tak sadar ternyata ayam sudah mulai berkokok menandakan subuh telah
tiba.
Barangkali ini adalah
kebiasaan burukku untuk bergadang tiap malam. Sampai-sampai ada teman bertanya “apa
tidak bosan menulis terus?”. Ya pertanyaan itu aku jawab seadanya “aku juga
tidak tau, semuanya mengalir begitu saja”. Tapi ada keyakinan dalam diri bahwa sebuah
perjuangan tidak akan sia-sia. Kerja keras yang kita lakukan saat ini suatu pasti
dibalas dengan hasil yang maksimal, begitulah hukum alam.
Jika ingin jadi penulis
maka rajinlah menulis dan membaca. Ketika ingin menjadi menulis handal maka
cintai dulu profesi tersebut. Layaknya kita mencintai seorang kekasih. Ketika kata
cinta sudah tersemat di dalam hati maka sesibuk apapun, dimanapun berada,
kapanpun itu, dan selelah apapun kita pasti kita akan memprioritaskan pasangan
yang kita cintai. Barangkali kalimat ini terdengar sedikit romantis dan mellow
namun itu adalah sesuatu yang pasti ketika kita ingin menjadi penulis sejati.
Cinta sejati seorang
pasangan ditandai dengan kesetiaan yang menyertainya. Ketika setia tidak
ditemukan maka kalimat cinta hanyalah sebatas obralan kata yang tak punya makna
apa-apa. Begitu juga dalam menulis, ketika kita mengatakan ingin menulis dan
sangat menyukainya, namun tidak pernah setia untuk menulis maka orang tersebut
belumlah dikatakan sebagai penulis sejati. Penulis sejati selalu konsisten
dalam menulis. Sesibuk apapun ia maka alasan untuk tidak bisa menulis tidak
akan pernah terucapkan. Inilah yang penulis katakan bahwa “menulis itu menguji kesetiaan cinta”.
Kenapa demikian, karena
kalimat setia itu indikatornya terdiri dari beberapa hal, diantaranya yaitu: 1)
Mau berkorban bukan enaknya saja namun pahitnya yang utama. 2) Selalu ingin
bersama dalam kondisi yang bagaimanapun. 2) Selalu ingin berbagi. 3) Tulus. Begitulah kesetiaan dalam
cinta. Oleh karena itu jika ingin mencintai profesi menulis maka lakukanlah
empat indikator di atas.
1. Jika ingin menjadi penulis produktif maka berkorbanlah. Berkorban dalam
hal ini memanaj waktu dengan baik dan siap dengan sesuatu yang pahit. Barangkali kalau dulu tidur yang lebih banyak
namun sekarang kebiasaan itu mulai berubah. Menulis yang lebih banyak ketimbang tidurnya. Karena orang-orang sukses itu pada umumnya tidur
mereka hanyalah 4 jam rata-rata setiap hari. Namun perlu dicatat kurangnya
tidur itu bukan disebabkan karena bergadang yang tidak bermanfaat. Namun malamnya
diisi dengan sesuatu yang positif salah satunya adalah menulis. Disamping
itu kalu dulu pelit untuk beli buku maka sekarang rajinlah untuk menyisihkan
uang untuk membeli buku.
2. Jika ingin menjadi penulis produktif maka dekatlah dengan membaca dan
menulis. Meskipun itu hanya satu paragraf yang kita hasilkan, atau berapa halaman buku yang
kita baca, namun paling
tidak ada usaha untuk mulai menulis dan membaca. Lakukan itu secara terus menerus. Jangan
berhenti dan lakukanlah setiap hari.
3. Jika ingin menjadi penulis produktif maka jangan pikirkan berapa uang yang
saya dapatkan dari menulis namun tanamkan dalam diri bahwa saya menulis karena
ingin berbagi sesuatu yang dipikirkan kepada orang yang membutuhkan.
4. Jika ingin menjadi penulis produktif maka lakukan semuanya dengan tulus
tanpa mengharapkan imbalan. Karena banyak kita temukan menulis aja belum, namun
sudah bertanya berapa bayaran dari tulisan yang dihasilkan. Ketika uang menjadi
patokan maka jangan berharap menjadi penulis akan bisa diwujud. Tapi yakinlah
meskipun kita tidak berharap untuk dibayar pada saat ini suatu saat kecintaan
kita terhadap menulis itu akan melahirkan atau membuahkan sesuatu yang manis dan
tak terduga yang tidak bisa dibayarkan dengan uang sekalipun. Inilah yang
penulis katakan pada tulisan sebelumnya “ada kenikmatan tersendiri dalam
menulis”.
Inilah seklilas cerita
singkat pribadi dalam menulis. Semoga menginspirasi dan bermanfaat. Aminnn...
*Sumber gambar: Google
No comments
Post a Comment