GORESAN CINTA PENA 14 : MENULIS MENGAJARKAN DIRI UNTUK SALING MENGHARGAI
Oleh
Khairul
Azan
(Dosen STAIN Bengkalis & Ketua DPD GAMa Riau Kabupaten Bengkalis)
Belakangan ini mata enggan
sekali untuk terlelap dikala malam telah tiba. Entah apa penyebabnya, apakah
banyak fikiran atau ada faktor lain yang mempengaruhi. Salah satunya malam ini,
tepat pukul dua dini hari disaat saya menuliskan tulisan ini. Karena mata tidak
mau tidur maka lebih baik saya menulis saja. Sebelum menulis seperti biasa saya
mengawalinya dengan membaca terlebih dahulu untuk mencari inspirasi sebagai
bekal untuk menuliskan sesuatu.
Malam ini saya tidak ingin
membaca buku-buku yang ada di rak tetapi lebih menginginkan untuk membaca tulisan-tulisan
yang dipublish oleh rekan-rekan penulis di media sosial, salah satunya adalah
group Media Guru Indonesia. Ini adalah salah satu group yang sering saya
kunjungi, disamping menambah pertemanan, group ini juga berisikan tulisan yang
sangat menginspirasi dari para guru yang tersebar di seluruh Indonesia. Keterbatasan
tidaklah menghambat mereka untuk mencetak sebuah sejarah bahwa mereka pernah
ada. Ada dalam catatan yang dihasilkan dalam bentuk karya tulis. Melihat buku-buku
yang dihasilkan oleh para guru membuat semangat menulis terus menggebu. Group ini
memilki program yang disingkat dengan Sagusabu. Sekilas terdengar seperti nama
bahan makanan dan obat terlarang. Tapi sebenarnya tidaklah demikian. Sagusabu
adalah singkatan dari Satu Guru Satu Buku.
Ada yang menarik ketika
membaca quote yang ditulis oleh Mas Eko Prasetyo selaku trainer Sagusabu di
group Media Guru Indonesia. Mas Eko adalah penulis terkenal yang telah banyak
melahirkan karya dalam bentuk buku. Kabarnya ia telah menulis buku sebanyak 63
judul, luar biasa bukan. Quote yang di tulis oleh Mas eko kurang lebihnya
seperti ini “penulis yang baik tidak akan
mendikotomikan buku bermutu atau tidak. Ia akan selalu menyemangati, bukan
nggembosi.”
Kutipan di atas memang
sangat benar sekali. Dulu saya selalu meremehkan apa yang ditulis oleh
teman-teman yang hobi menulis disaat saya belum menekuni dunia menulis. Tetapi setelah menulis baru saya sadar
ternyata itu adalah perbuatan yang bisa membunuh semangat kreativitas
teman-teman. Apalagi setelah saya bergabung diberbagai komunitas menulis, baru
terasa begitu pentingnya menulis walaupun apa yang ditulis adalah sesuatu yang
sederhana ketika dinilai oleh para pembaca yang tidak menulis. Tapi meski bagi
orang lain itu adalah tulisan sederhana namun bagi seorang penulis itu adalah
tulisan yang berharga dan luar biasa. Mengapa demikian? karena sesederhana
apapun yang dituliskan pasti ada makna dan manfaat yang bisa dijadikan
pembelajaran.
Menulis mengajarkan saya
untuk menghargai karya orang lain. Dengan menghargainya maka kita sedang
mendorongnya untuk sampai pada cita-cita menjadi seorang penulis. Seperti kata
Mas Eko tadi “tidak ada dikotomi antara
buku bermutu atau tidak.” Penggalan kalimat ini memberikan makna pada
penghargaan sebuah karya. Mau bermutu atau tidak kita tidak boleh meremehkan
atau memisahkan. Apalagi bagi penulis pemula seperti kita yang masih mancari jati
diri dan terkadang terombang ambing dan tak menutup kemungkinan akan fakum
karena semangatnya yang terpatahkan. Motivasi dari orang lain itu sangat
dibutuhkan dalam dunia menulis.
Oleh karena itu mari kita
memberikan semangat bagi siapapun yang sedang menulis. Dengan semangat yang
kita berikan diharapakan mereka akan semakin termotivasi untuk terus menulis
dan menulis lagi. Dengan saling menyemangati secara tidak langsung sebenarnya
kita sedang menabur benih manfaat bagi orang lain dimana suatu saat apa yang
kita semaikan akan tumbuh dan menjadi
sebuah pohon rindang yang bisa dijadikan tempat berteduh bagi orang banyak.
Ayo
menulis.....................
Bengkalis, 17 Maret 2018
*Sumber gambar: Google
No comments
Post a Comment