KONPENSASI : UPAYA PENINGKATAN KINERJA SDM SEKOLAH
Oleh
Khairul
Azan
(Dosen STAIN Bengkalis & Ketua DPD GAMa Riau Kabupaten Bengkalis)
A. Pendahuluan
Sebagai manusia tentunya tidak terlepas dari kebutuhan yang
harus terpenuhi. Agar kebutuhan tetap terpenuhi maka salah satu cara yang
dilakukan oleh sebagian besar orang adalah dengan mencari pekerjaan. Dengan
harapan ketika bekerja, ia bisa memenuhi kebutuhan dari kompensasi yang
diberikan oleh organisasi. Dengan demikian dapat dipahami salah satu motivasi
orang untuk bekerja itu adalah mencari nafkah demi tercukupinya kebutuhan dalam
keluarga. Kompensasi merupakan hal penting yang harus diperhatikan oleh
organisasi tak terkeculi sekolah. Sebagai suatu sistem maka fungsi kompensasi menjadi
bahan bakar penggerak agar orang bekerja dengan baik. Ini artinya ketika
kompenasi dari para SDM sekolah tidak diperhatikan maka bisa jadi akan
berdampak pada menurunnya kinerja sekolah yang diakibatkan karena SDM tak lagi
termotivasi untuk bekerja.
B. Pengertian Kompensasi
Kompensasi merupakan suatu bentuk biaya yang harus
dikeluarkan oleh perusahaan dengan
harapan bahwa perusahaan akan memperoleh imbalan dalam bentuk prestasi kerja
dari karyawannya (sudah barang tentu bahwa prestasi kerja yang diberikan
karyawan harus lebih besar daripada kompensasi yang dikeluarkan oleh
perusahan). (Sofyandi, 2008). Lebih lanjut menurut Notoatmodjo (2009)
kompensasi adalah segala sesuatu yang diterima oleh karyawan sebagai balas jasa
untuk kerja dan pengabdian mereka.
Berdasarkan dua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
yang dimaksud dengan kompensasi adalah segala sesuatu yang diberikan oleh
organisasi (sekolah) kepada para SDM nya guna membalas jasa atas kinerja yang
telah ditunjukkan oleh orang-orang yang bekerja. Pemberian kompensasi adalah
bentuk penghargaan atas sumbangsi tenaga (fisik dan non fisik), sehingga dengan
sumbangsi tersebut sekolah bisa berjalan dengan baik.
Kompensasi terbagi menjadi dua bentuk ada yang bersifat
langsung (direct) dan tidak langsung
(indirect). Kompensasi langsung
adalah bentuk balas jasa yang diberikan kepada SDM sekolah yang secara langsung
berhubungan dengan pekerjaan dan tanggungjawab yang dilakukan. Contohnya: gaji,
insentif atau tunjangan jabatan. Sedangkan kompensasi tidak langsung adalah
balas jasa yang diberikan kepada seseorang tapi tidak secara langsung diberikan
atas pekerjaan yang dikerjakan. Cotohnya: uang pensiun, tunjangan hari raya,
tunjangan kesehatan dan lain-lain.
Kompensasi yang diberikan harus mampu mendorong seseorang
untuk bekerja lebih baik. Sehingga kehadiran kompensasi betul-betul bisa
mencapai tujuan sekolah dan tujuan individu mengapa ia bekerja. Menurut
Peterson dan Plowman (Sofyandi, 2008), ada empat alasan mengapa seseorang itu
mau bekerja, diantaranya yaitu:
1.
The desire to life.
Ini adalah harapan paling mendasar mengapa seseorang mau
bekerja. Dimana tujuan utama ia bekerja adalah untuk keberlangsungan hidupnya
di dunia. Dengan bekerja ia bisa memenuhi kebutuhannya dengan baik. Sebagai contoh; kebutuhan akan makan
dan minum sebagai kebutuhan pokok (primer).
2.
The desire for pussession
Bagian ini mengarah pada tingkat yang lebih tinggi dari
bagian sebelumnya. Jika pada bagian pertama alasan mengapa seseorang bekerja
disebabkan oleh kebutuhan pokoknya yang harus terpenuhi, tetapi pada bagian ini
lebih mengarah pada keinginan untuk memiliki atau mempunyai sesuatu selain
kebutuhan pokok. Sebagai contoh: keinginan untuk memiliki mobil dan lain-lain.
3.
The desire for power
Manusia tidak akan pernah merasa puas. Ketidakpuasan
tersebut mengarahkan seseorang untuk bekerja lebih giat lagi demi mendapat
kepuasan lain selain apa yang disebutkan di poin satu dan dua. Salah satu
kepuasan lain yang dimaksud adalah kebutuhan akan kekuasaan. Salah satu alasan orang
mau bekerja lebih baik lagi salah satu tujuanya adalah untuk mendapatkan
jabatan tertentu. Dimana dengan jabatan tersebut ia memiliki kekuasaan yang
lebih besar dari sebelumnya.
4.
The desire for recognition
Ketika point satu, dua dan tiga telah terpenuhi maka
kebutuhan terakhir yang juga menjadi alasan mengapa seseorang itu bekerja,
yaitu untuk mendapatkan pengakuan dari pihak lain.
C.
Tujuan Pemberian
Kompensasi
Apapun yang dilakukan organisasi tentunya tidak terlepas
dari tujuan. Dimana tujuan menjadi perlabuhan terakhir dalam mencapai visi
organisasi. Ketika tujuan tercapai bisa dipastikan visi yang telah ditetapkan
akan terwujud. Tujuan dari kompensasi pada dasarnya dibagi menjadi dua bagian.
Ada yang mengarah pada tujuan organisasi (sekolah) dan ada yang mengarah pada
tujuan individu (pekerja). Adapun jika dilihat dari sisi organisasi, maka kompensasi bertujuan untuk mempertahankan
para pekerja, keadilan, meningkatkan produktivitas dan tuntutan peraturan.
Sedangkan tujuan kompensasi bagi individu adalah untuk memenuhi kebutuhan dan
motivasi bekerja.
D.
Faktor-faktor
Yang Mempengaruhi Besarnya Kompensasi
Kompensasi yang diberikan sekolah kepada para SDM nya
tentu berbeda satu dengan lainnya. Perbedaan ini terjadi baik antar sekolah
maupun antar individu yang bekerja dalam satu sekolah. Sebagai contoh sekolah
negeri dan swasta itu berbeda dalam sistem kompensasi yang diberlakukan. Apalagi
bagi pegawai negeri sipil (PNS) yang digaji oleh pemerintah yang ada disekolah
negeri. Disamping itu jika kita lihat secara individu dan individu juga
berbeda. Meskipun mereka bekerja dalam satu sekolah yang sama tetapi tetap
berbeda.
Secara umum perbedaan-perbedaan yang terjadi dalam menentukan
besaran kompensasi disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor-faktor yang dimaksud
diantaranya:
1. Kemampuan sekolah
Kompensasi yang diberikan sekolah kepada para SDM nya itu
berbeda-beda. Perbedaan disebabkan oleh kamampuan sekolah untuk memberikan
kompensasi. Semakin besar sebuah sekolah dan semakin banyak sumber anggaran
yang dimiliki maka semakin besar pulalah kompensasi yang akan diterima oleh
para SDM sekolah. Memang kondisi ini sering terjadi pada sekolah swasta yang secara
nota bene keuangan dikelola oleh yayasan secara langsung. Tetapi jika
sekolahnya berada di bawah naungan pemerintah (sekolah negeri) kondisi ini
tidak sepenuhnya terjadi. Barangkali hanya berlaku bagi tenaga honorer saja.
2. Biaya hidup
Biaya hidup antara satu daerah dengan daerah lain itu
berbeda. Perbedaan terjadi karena sumber pemasukan daerah yang beragam dan
sumber pandapatan masayarakat yang tidak sama. Sehingga dengan adanya perbedaan
tersebut membuat biaya hidup juga akan berbeda. Oleh karena itu kompensasi yang
diberikan juga harus memperhatikan unsur yang dimaksud, dengan tujuan kebutuhan
para SDM terpenuhi.
3. Posisi atau jabatan
Kompensasi yang diterima oleh seseorang tentu berbeda
dengan lainnya. Posisi atau jabatan menjadi alasan utama mengapa itu terjadi.
Kompensasi kepala sekolah berbeda dengan kompenasi guru di sekolah. Kompensasi
guru berbeda dengan kompensasi yang diterima oleh tenaga kebersihan sekolah.
Begitulah sistemnya.
4. Asosiasi profesi
Kelompok profesi akan membentuk sebuah asosiasi yang
menjadi wadah menyalurkan aspirasi. Dengan wadah tersebut diharapkan bisa
membantu menyuarakan apa yang diiginkan oleh para anggotanya. Sebagai contoh:
Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) dan lain-lain. Oleh karena itu suara
dari dalam pemberian kompensasi juga harus mempertimbangkan tuntutan yang
diajukan melalui asosiasi-asosiasi yang dimaksud.
5. Pendidikan dan pengalaman
Pendidikan dan pengalaman seseorang sangat mempengaruhi
kompensasi yang diterima. Kompensasi seorang guru yang bergelar profesor
tentunya berbeda dengan kompensasi seorang guru sarjana. Kompensasi orang yang
punya pengalaman dan jam terbang yang tinggi tentunya berbeda dengan kompensasi
seorang guru yanng biasa-biasa saja.
6. Peraturan pemerintah
Peraturan pemerintah menjadi acuan dalam memberikan
kompensasi. Ketika tidak sesuai dengan aturan yang berlaku bisa menyebabkan
sekolah dikenakan sangsi. Sebagai contoh ada aturan UMR, UMK dan lain-lain.
7. Prestasi kerja
Orang yang bekerja lebih giat hendaknya diberikan
kompensasi yang berbeda dengan orang yang tidak ada peningkatan kinerja dalam
bekerja. Pemberian kompensasi bagi SDM yang berpretasi betujuan sebagai
penghargaan atas apa yang telah disumbangkan. Ketika ini dilakukan seseorang
akan termotivasi untuk bekerja lebih giat lagi agar selalu mendapatkan
prestasi.
Daftar bacaan
1.
Herman Sofyandi. 2008. Manajemen
Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: Graha Ilmu.
2.
Soekidjo Notoatmodjo. 2009. Pegembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta: Rineka Cipta.
Semoga
bermanfaat.
Bengkalis, 12
Januari 2018
No comments
Post a Comment