SANG PEMILIK TANDA TANGAN PROPOSAL KESUKSESAN
Oleh
Khairul
Azan
(Dosen STAIN Bengkalis & Ketua DPD GAMa Riau Kabupaten Bengkalis)
Usaha dan
usaha adalah tugas manusia sang pemburu nikmat Tuhan. Kita tidak diperbolehkan
untuk berpangku tangan saja melainkan tetap berusaha meskipun belum menemukan
apa yang diinginkan. Namun perlu diingat
bahwa kita adalah hamba yang hanya punya hak untuk berupaya namun hasilnya
adalah hak peto dari sang penguasa kehidupan. Hak peto tidak bisa dipaksakan
sesuai kehendak kita melainkan tetap ridho tentang apa yang telah Tuhan gariskan.
Baik menurut kita belum tentu baik menurut Tuhan. Baik menurut kita belumlah
terbaik, namun baik menurut Tuhan itulah yang terbaik dan harus dikejar.
Dalam menjemput
nikmat dan kesukesan yang kita raih tidak terlepas dari campur tangan Tuhan sebagai
titik keputusan. Ibaratkan kita sebagai bawahan disebuah perusahaan dan
mengajukan proposal kepada atasan untuk suatu kegiatan. Proposal yang kita buat
bisa saja ditolak dan bisa saja diterima. Diterimanya proposal kita itu berarti
apa yang kita buat sesuai dengan kehendak pimpinan tentang standar proposal dan
kegiatan yang hendak dilakukan.
Ya,
menjalani kehidupan juga demikian. Jika kita ingin sukses maka jangan ikut
standar kita namun ikutlah standar Tuhan yang telah ditetapkan. Apapun upaya
yang kita lakukan harus mengacu kepada apa yang Tuhan kehendaki. Jika tidak
maka semua usaha akan tidak ada arti. Waktu akan terbuang karena kita
memaksakan diri keluar dari jalur yang telah Tuhan atur. Padahal sekuat apapun
tenaga yang kita keluarkan, seberapa banyak apapun waktu yang kita luahkan itu
tidak akan berarti apa-apa disisi Tuhan. Tuhan adalah sang pemilik tanda tangan
proposal kesuksesan.. Dialah yang mengesahkan proposal yang kita ajukan. Dia punya
hak untuk menerima dan membatalkan. Ketika Tuhan membatalkan apa yang kita
usulkan bukan berarti Dia tidak mau memberi, namun Dia mendidik kita untuk bersabar
dan melakukan yang terbaik lagi. Sampai waktunya anggaran kehidupan kita sudah
ada plotnya yang siap dicairkan tinggal apakah kita telah merevisi apa yang
menjadi catatan dari Sang pemberi kesuksesan.
Ya begitulah
kehidupan kita. Mungkin terdengar sedikit aneh, sederhana dan tak punya makna. Namun
itu adalah fakta. Kita bisa melihat banyak orang yang pontang panting mencari
rezeki, waktunya dihabiskan untuk bekerja dan bekerja namun kesuksesan dalam
hidupnya tak juga kunjung tiba. Sehingga banyak yang frustasi dan menganggap Tuhan
tidak adil padanya. Padahal pernahkah kita mengintropeksi diri usaha yang kita
lakukan tersebut sudahkah sesuai dengan standar yang telah Tuhan tetapkan atau
belum. Kita sibuk bekerja sehingga lupa beribadah, kita sibuk mencari namun
lupa memberi, kita sibuk berlari namun tak tau tujuan kemana kita berlari.
Begitulah rumus
dalam meraih kesuksesan. Ikutlah standar Tuhan bukan standar kita yang serba terbatas.
Bukankah Tuhan telah mengahadirkan agama sebagai panutan, dimana standar-standarnya
sudah tertera jelas dalam kitab-kitab sebagai buku pedoman kehidupan. Berpengang
teguhlah kepada Al-Qur’an agar hidup
kita tak tersesat jalan. Jadikan Al-Qur’an sebagai pedoman dalam meniti langit-langit
Tuhan untuk menjemput sebuah kesuksesan.
Tulisan ini
bukan bersifat menggurui apalagi menghakimi. Tulisan ini hanya sedikir berbagi
tentang apa yang saya alami.
Semoga
bermanfaat.
Bengkalis, 25
November 2017
*Sumber
gambar: Google
No comments
Post a Comment